March 21, 2012

3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)

3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta (2010)







“yang seagama aja berat, apalagi beda”


Rosid (Reza Rahadian), seorang penyair muslim muda berambut kribo yang terobsesi dengan WS Rendra, mengalami konflik dengan ayahnya, Mansur (Rasyid Karim) karena ayahnya menginginkan anaknya untuk memakai peci. Ayahnya menganggap peci adalah salah satu lambang kesetiaannya bagi agama. Sedangkan Rosid beranggapan bahwa peci hanyalah salah satu dari lambang tradisi keagamaan para leluhurnya dan Rosid tidak ingin mencampur-baurkan agamanya dengan tradisi-tradisi leluhur layaknya peci tersebut. Maka dari itu, sang ibu yang penyabar, Muzna (Henidar Amroe), mencoba untuk menengahkan konflik antara Rosid dengan Ayahnya. Belum selesai masalahnya dengan sang ayah, ditambah lagi dengan masalah yang ia alami dengan kekasihnya, seorang gadis Katolik kaya raya, Delia (Laura Basuki) yang terhalang tebalnya dinding perbedaan keyakinan. Akhirnya, orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan Rosid dengan seorang gadis muslimah, Nabila (Arumi Bachsin).


 

Mengangkat tema tentang perbedaan keyakinan kembali disuguhkan dalam film buatan anak negeri ini. Sebelumnya dalam film independen, tema seperti ini telah diangkat dalam film Cin(t)a. Namun tidak seperti Cin(t)a yang berat, 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta menampilkan cerita yang lebih ringan, dibalut dengan sedikit bumbu komedi dan terkesan sangat humanis sesuai dengan realita yang sebenarnya. Kita tidak akan mendapatkan gambaran tentang glamournya atau kumuhnya ibu kota di film ini, melainkan suasana yang asli seperti layaknya kehidupan para tokohnya.

 

Akting Reza Rahadian memang bagus tapi sepertinya masih kurang maksimal untuk memerankan tokoh Rosid. Begitu pun dengan Laura Basuki yang berperan sebagai Delia, terlihat masih jaga image. Yang semakin tidak enak dilihat adalah aktingnya Arumi Bachsin yang berperan sebagai gadis berkerudung yang santun, tetap saja tidak menampakkan karakter Nabila yang lembut dan manis, disamping memang porsinya tidak banyak di film ini. Justru penampilan yang memukau didapat dari para pemain pendukung seperti Henidar Amroe yang sangat bagus memerankan sosok ibu Rosid yang penyayang, lembut, kuat dan tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri yang taat suami. Begitu juga dengan Rasyid Karim yang berperan sebagai abah Rosid yang kolot dan keras tapi sebenarnya amat menyayangi keluarganya.

 

Sayangnya, ada beberapa kekurangan yang amat sangat mengganggu dalam film ini. Contohnya ketika adegan Rosid yang kabur dari rumah di tengah hujan deras. Kenapa seperti kebetulan yang disengaja ketika adegan mengharukan seperti itu turun hujan seolah-olah bumi pun menangis dengan kepergian Rosid. Belum lagi ketika Rosid dan Delia di danau selesai berbicara tentang masa depan mereka, kenapa mendadak turun hujan lagi? Hal-hal seperti itu jadi mengingatkan adegan yang ada di sinetron. Walaupun adegan mengharukan sekalipun, tidak semestinya harus dengan membuat adegan turun hujan. Jujur saja, adegan yang tadinya sudah bagus, jadi terasa hampa dan garing karena terkesan dipaksakan seperti itu.

 

Selain itu, eksekusi endingnya sepertinya kurang berani. Mungkin mengambil jalan yang 'aman' agar setiap penonton bisa mengambil kesimpulan tersendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul di film ini. Tema tentang pernikahan beda agama memang sesuatu yang sensitif, sehingga semua keputusan memang kembali ke orang yang menjalaninya sendiri. Seperti mengutip ucapan dari Delia, "Apa gunanya, ya kita bahagia jika akhirnya harus membuat sedih orang-orang di sekitar kita?”

Ya, film ini memang masih mempunyai kekurangan disana-sini, namun dengan mengangkat tema sensitif seperti ini, kita patut mengacungi jempol dan berdoa semoga ke depannya akan hadir film-film dalam negeri yang berkualitas dan bagus seperti film ini.











4 comments:

Yusrizal Ihya said...

Gue heran juga koq film ini bisa menang piala citra ya?
Memang film ini ga buruk. Cukup bagus. Tapi masih belum cukup buat menang citra menurut gue. IMHO.

Radira said...

Setuju! Penyelesaiannya nanggung banget, cuma nyari celah "aman" doank tanpa berani memutuskan.
Masih lebih bagus Ci(n)ta

KAISARBET.COM AGEN BOLA TERPERCAYA PIALA DUNIA 2014 said...

Film Cinta Indonesia Memang banyak yang bagus

Poker757.com Agen Judi Poker Online Terpercaya Indonesia said...

Lanjutkan perfilman indonesia..ilove indonesia

Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png