Memories of Matsuko (2006)
Memories of Matsuko (2006)
Kiraware Matsuko no isshô
Comedy | Drama | Musical
Director: Tetsuya Nakashima
Release Date: May 27, 2006
Runtime: 130 min.
Language: Japanese
Country: Japan
Cast:
Miki Nakatani
Eita
Yusuke Iseya
Teruyuki Kagawa
Mikako Ichikawa
Asuka Kurosawa
Akira Emoto
Watched : 15 January 2013
"Every little girl dreams of being snow white, Cinderella, of living in a fairy tale..
then we wake up one day and see our white swan has become a black crow..
one life is all we get, if it's a fairy tale, it's a cruel one.."
Kehidupan Sho (Eita) sangat menyedihkan tatkala dia diputuskan pacarnya yang mengatakan bahwa hidup bersamanya sangat membosankan dan tak berarti. Lalu sang ayah, Norio Kawajiri
(Teruyuki Kagawa), tiba-tiba datang dan mengetahui bahwa hidup Sho memang kacau balau selama dua tahun tinggal di Tokyo untuk menjadi seorang musisi. Kedatangan sang ayah tak lain untuk meminta bantuannya membersihkan apartemen kakak tertuanya, Matsuko (Miki Nakatani), yang meninggal. Sho sendiri tidak tahu bahwa dia mempunyai seorang bibi bernama Matsuko. Ayahnya lalu menceritakan bahwa Matsuko pergi meninggalkan rumah 30 tahun yang lalu. Bahkan beliau mengatakan bahwa hidup Matsuko meaningless.
Ketika Sho membersihkan apartemen Matsuko, sedikit banyak Sho menjadi penasaran seperti apa bibinya itu semasa hidup. Lalu, berdasarkan cerita orang-orang terdekat yang mengenal Matsuko, Sho jadi tahu tentang kehidupan masa lalu Matsuko. Bahkan Sho merasa bahwa hidupnya mirip dengan kisah sang bibi.
Lewat sajian alur maju mundur, Memories of Matsuko, yang sesuai dengan judulnya tersebut memang mengisahkan kehidupan seseorang bernama Matsuko dari kecil hingga dia meninggal. Pahit getir kehidupan disajikan dalam perjalanan hidup seorang Matsuko. Dengan tata sinematografi yang indah dan cantik serta iringan musik dan lagu yang bagus, film musikal ini mampu membuat betah menontonnya dalam durasi yang panjang, 130 menit. Saya tertipu mentah-mentah dengan posternya yang colorful. Tadinya saya menganggap film ini akan menyajikan hal-hal yang indah dan menyenangkan, tapi ternyata justru sebaliknya. Kendati demikian, film ini tidak disajikan secara kelam melainkan penuh warna dan ceria dengan sedikit humor di dalamnya.
Ketika Sho membersihkan apartemen Matsuko, sedikit banyak Sho menjadi penasaran seperti apa bibinya itu semasa hidup. Lalu, berdasarkan cerita orang-orang terdekat yang mengenal Matsuko, Sho jadi tahu tentang kehidupan masa lalu Matsuko. Bahkan Sho merasa bahwa hidupnya mirip dengan kisah sang bibi.
Lewat sajian alur maju mundur, Memories of Matsuko, yang sesuai dengan judulnya tersebut memang mengisahkan kehidupan seseorang bernama Matsuko dari kecil hingga dia meninggal. Pahit getir kehidupan disajikan dalam perjalanan hidup seorang Matsuko. Dengan tata sinematografi yang indah dan cantik serta iringan musik dan lagu yang bagus, film musikal ini mampu membuat betah menontonnya dalam durasi yang panjang, 130 menit. Saya tertipu mentah-mentah dengan posternya yang colorful. Tadinya saya menganggap film ini akan menyajikan hal-hal yang indah dan menyenangkan, tapi ternyata justru sebaliknya. Kendati demikian, film ini tidak disajikan secara kelam melainkan penuh warna dan ceria dengan sedikit humor di dalamnya.
Menonton film ini jadi membuat kita berpikir keras tentang arti kehidupan itu sendiri. Untuk apa kita hidup? Apa arti hidup itu sesungguhnya? Apakah hidup kita sudah bermakna, baik untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti muncul dalam benak kita ketika kita menonton film ini. Lantas kita pun akan disajikan berbagai hal yang memang pasti ada dalam dunia nyata, sehingga semua pertanyaan tadi hanya kita lah yang bisa menjawabnya sendiri. Kita bahkan tidak tahu siapa yang harus disalahkan atas semua kejadian yang terjadi dalam cerita di film ini. Kisahnya begitu real dan bisa terjadi pada siapa saja. Kenyataan memang tak pernah seindah mimpi.
Tidak seperti kebanyakan film musikal yang pernah saya tonton, Memories of Matsuko dapat menyeimbangkan porsi dalam cerita dan musik dengan sangat bagus dan tepat. Sisipan dark humornya juga tidak berlebihan. Tetsuya Nakashima, yang sebelumnya saya kenal karyanya lewat Kokuhaku (Confessions) ini memang layak diacungin dua jempol sebagai sutradara film ini. Belum lagi visual yang ditampilkan dalam film ini benar-benar indah dipandang mata. Satu lagi yang saya suka adalah perubahan dari segi penampilan dari jaman ke jaman yang ditampilkan dengan sangat bagus.
Kesuksesan film ini tentu tak lepas dari skrip yang bagus dan jajaran pemainnya yang hebat. Banyak aktor-aktris terkenal Jepang yang main dalam film ini. Salah satunya Eita, yang kembali menunjukkan keeksisannya sebagai salah satu aktor Jepang yang pantas disanjung bukan hanya karena wajahnya yang tampan tapi juga karena aktingnya yang top. Walau pun di film ini Eita terlihat hanya sebagai "pemanis", tapi perannya cukup besar dan penting sebagai jembatan penghubung cerita tentang Matsuko.
Lalu ada Yusuke Iseya yang pertama kali saya kenal lewat perannya sebagai Morita dalam Hachimitsu to Clover. Penampilannya kali ini jauh lebih bagus ketimbang perannya sebagai Morita. Teruyuki Kagawa, walau perannya tak begitu besar, tapi tetap aktor gaek satu ini selalu total berakting dalam setiap film yang diperankannya. Begitu pun dengan Asuka Kurosawa yang perannya mampu mencuri perhatian dalam film ini sebagai JAV actress.
Dan tentunya sang aktris utama yang mampu menjadikan film ini gemilang adalah Miki Nakatani yang penampilannya juga memukau dalam dorama Jin. Bagaimana Miki benar-benar total memerankan karakter Matsuko yang terlihat ceria, sedih atau marah hanya lewat gesture atau mimik wajahnya. Tak salah dia diganjar banyak penghargaan lewat perannya sebagai Matsuko. Cantik dan jago akting, menjadi kombinasi yang pas untuk Miki Nakatani.
Jika berbicara secara jujur, saya akan menyatakan bahwa kisah Matsuko ini seperti ungkapan, "Muda menderita, tua mati sengsara". Namun begitu kebahagiaan selalu diberikan Matsuko pada orang-orang di sekitarnya tanpa disadari. What a life! Mengutip salah satu ungkapan dalam film ini, “A life isn’t valued by what one receives. But by what one gives.” Memories of Matsuko adalah salah satu film Jepang terbaik yang penah dibuat.
Lalu ada Yusuke Iseya yang pertama kali saya kenal lewat perannya sebagai Morita dalam Hachimitsu to Clover. Penampilannya kali ini jauh lebih bagus ketimbang perannya sebagai Morita. Teruyuki Kagawa, walau perannya tak begitu besar, tapi tetap aktor gaek satu ini selalu total berakting dalam setiap film yang diperankannya. Begitu pun dengan Asuka Kurosawa yang perannya mampu mencuri perhatian dalam film ini sebagai JAV actress.
Dan tentunya sang aktris utama yang mampu menjadikan film ini gemilang adalah Miki Nakatani yang penampilannya juga memukau dalam dorama Jin. Bagaimana Miki benar-benar total memerankan karakter Matsuko yang terlihat ceria, sedih atau marah hanya lewat gesture atau mimik wajahnya. Tak salah dia diganjar banyak penghargaan lewat perannya sebagai Matsuko. Cantik dan jago akting, menjadi kombinasi yang pas untuk Miki Nakatani.
Jika berbicara secara jujur, saya akan menyatakan bahwa kisah Matsuko ini seperti ungkapan, "Muda menderita, tua mati sengsara". Namun begitu kebahagiaan selalu diberikan Matsuko pada orang-orang di sekitarnya tanpa disadari. What a life! Mengutip salah satu ungkapan dalam film ini, “A life isn’t valued by what one receives. But by what one gives.” Memories of Matsuko adalah salah satu film Jepang terbaik yang penah dibuat.
2 comments:
Hohohoho...endingnya bikin :matabelo nih sis dela... mewek aja gw... yeah..kenyataan emang tidak seindah mimpi...
Jadi siapa yang harus disalahkan?! Hmm... ironis memang!
Post a Comment