Little Note (2009)
Dalam waktu hanya 15 menit, apa yang bisa anda dapatkan? Pertanyaan itu mungkin akan muncul di benak anda ketika menyaksikan film berjudul Little Note ini. Jangan kuatir, meski durasi film ini sangat singkat – bahkan lebih singkat dari shitnetron - namun, anda akan mendapatkan sebuah tontonan yang cukup menarik dan penuh pelajaran berharga. Little Note berkisah tentang hubungan antara ibu dan anak lelakinya.
Tinggal di daerah pedesaan dengan sedikit keinginan, Zhiren (Chen Jing Jun untuk versi Zhiren kecil dan Desmond Tan untuk versi remaja) dan ibunya (Chua En Jye) mengekspresikan rasa kasih sayang mereka melalui dukungan satu sama lain dengan cara yang sederhana - dengan bertukar catatan kecil. Kata-kata penyemangat tersebut mendorong setiap langkah mereka maju dalam menghadapi kesulitan hidup, membantu mereka menyingkirkan rasa takut dan putus asa dalam masa sulit dan ketidakpastian.
Little Note adalah film pendek berdurasi 15 menit yang mengisahkan tentang seorang ibu yang menulis catatan kecil berupa dorongan penyemangat kepada anaknya dari sejak kecil hingga dewasa dan bagaimana catatan kecil terus menginspirasi sang anak untuk memulai sesuatu yang lebih besar dalam hidupnya. Cinta dan dukungan besar dari sang ibu sangat berarti dalam hidupnya. Little Note disutradarai oleh sutradara Singapura, Royston Tan yang melejit berkat film 881 dan 12 Lotus. Saya sama sekali belum menonton film tersebut, tetapi mendadak menjadi ingin menontonnya. Little Note sendiri tanpa sengaja saya temukan disebuah website khusus film-film asia. Ketika saya membaca sekilas sinopsisnya yang bercerita tentang kisah ibu-anak, saya pun langsung tertarik ingin menontonnya. Plot cerita tentang kisah orangtua-anak memang selalu berhasil menggoda saya untuk menontonnya. Apalagi durasi film ini sangat singkat - hanya 15 menit - sehingga semakin membuat saya penasaran, apa saja yang bisa disajikan dalam rentang waktu secepat itu? Hasilnya, Tan memang berhasil menyampaikan maksud dari film ini; cepat, singkat, langsung mengenai sasarannya. Memang, sih tak ada yang benar-benar istimewa dari plot ceritanya! Ceritanya pun tidaklah rumit. Namun, dibalik ’kisah basi’ tentang kasih sayang seorang ibu pada anaknya, Tan ’mengolahnya’ kembali dengan cukup bagus. Serta merta kita akan semakin menyadari bahwa kasih sayang seorang ibu memang tiada duanya. Seperti apapun ibu (orang tua) kita, kita harus tetap menghormati dan menyayangi beliau. Ah, mendadak saya rindu pada mama saya!
Film ini juga menginspirasi dan mendorong kita untuk berjalan melewati 'lembah dan jurang kehidupan' dalam kehidupan kita dengan keberanian dan ketekunan. Film ini juga mengajarkan kita untuk berbelas kasih dan mendukung orang-orang di sekitar kita. Dan tentunya film ini membuat kita akan semakin sayang pada ibu, sosok perempuan yang tiada duanya di dunia ini. Oh, ya, simbol tanaman teratai di dalam film ini merupakan representasi dari kemurnian jiwa (purity of spirit), dimana teratai dapat tumbuh di air yang terkadang kotor dan berlumpur, namun mampu menghasilkan bunga yang indah.
No comments:
Post a Comment