June 28, 2013

Hello Stranger | Kuan Meun Ho (2010)

Rewatch


Hello Stranger (2010)





Hello Stranger (2010)
Kuan meun ho
Comedy | Romance
Director: Banjong Pisanthanakun
Release date(s): 19 August 2010
Country: Thailand
Language: Thai
 
Starring:
Chantavit Dhanasevi 
Nuengthida Sophon






Kenapa saya mau menonton ulang film yang sudah pernah saya tonton tahun 2011 lalu? Jawabannya tentu karena ceritanya menarik. Porsi drama maupun komedinya pas. Romantismenya pun tak berlebihan. Untuk ukuran drama komedi romantis, Hello Stranger masuk level 7 ke atas.

 

Seorang wanita Thailand yang begitu tergila-gila pada drama Korea dan semua hal yang berbau Korea, berlibur ke negeri Ginseng tersebut pada musim liburan. Di lain sisi, seorang pria juga berlibur ke sana dengan mengikuti tur. Karena kecerobohan sendiri, sang pria tersebut terpisah dari rombongannya dan bertemu sang wanita. Mereka menjadi cepat akrab dan bermaksud untuk menghabiskan liburan di negeri tersebut bersama-sama. Tapi mereka sepakat untuk tidak saling memberitahu nama asli masing-masing.


Walau pun tema sejenis mungkin sering kita temui dalam film-film kisah percintaan namun Hello Stranger mengemasnya dengan cara yang simpel, unik, menghibur, lucu dan membuat kita seperti merasakan langsung kejadian yang dialami dua tokoh utama dalam film ini. Petualangan mereka di negeri ginseng tersebut dikemas dengan sangat menarik dan menyenangkan, seolah-olah penonton diajak ikut serta kedalamnya menikmati indahnya pemandangan, makan makanan aneh, menari di atas salju dan sebagainya. Tak pelak lagi, penonton dibuat minimal tersenyum menyaksikan tingkah polah mereka berdua.



Secara tidak langsung, film ini menyindir dengan cara yang unik dan menghibur tentang masyarakat Thailand (yang ternyata sama seperti Indonesia) yang begitu hype dengan segala sesuatu yang berbau Korea, mulai dari serial drama, musik, makanan hingga gaya hidup.


Chemistry yang diciptakan oleh kedua pemain utamanya pun sangat bagus dan kuat. Chantavit yang memang (sepertinya) spesialis peran-peran kocak bin usil ini langsung membuat saya jatuh hati dengan karakternya dalam film ini. Sedangkan Nuengthida Sophon yang dipanggil Noona ini kala membintangi film ini tahun 2010 lalu masih merupakan aktris pendatang baru tapi dia membuktikan bahwa si cantik ini bisa berakting natural.

 


Seperti halnya drama komedi romantis lainnya, Hello Stranger pun tidak selalu menyajikan kisah yang lucu dan menyenangkan. Menjelang klimaks, ceritanya justru berubah 180 derajat dengan menyajikan konflik yang cukup pelik. Tapi tetap saja, film ini mampu membuat penonton bertahan dan semakin penasaran seperti apa endingnya. Buat sebagian penonton mungkin kecewa dengan endingnya, tapi saya pribadi menilai endingnya sangat tepat dan masuk akal.  


Kita, hanyalah dua orang yang sedang patah hati ...
Yang kebetulan saling bertemu diluar negeri
Merasa dingin dan sendirian ...
Mungkin perasaan kita selama ini
hanyalah sebuah ilusi semata ...
Bagaimana kau tahu,
perasaan kita benar-benar nyata?
Bukankah kau bilang ...
Percintaan diserial drama,
bukanlah sesuatu yang nyata ?

 












June 26, 2013

A Little Thing Called Love | Sing Lek Lek Tee Reak Wa Rak(2010)

Rewatch


A Little Thing Called Love (2010)
A Little Thing Called Love (2010)
Sing lek lek tee reak wa rak
Comedy | Romance
Director: Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn, Wasin Pokpong
Release date(s): August 12, 2010
 Running time: 118 minutes
Country: Thailand
Language: Thai

Starring:
 Mario Maurer
Pimchanok Luevisadpaibul
Sudarat Budtporm
 Peerawat Herapath
Acharanat Ariyaritwikol 



Nam, seorang gadis berkulit gelap, berkacamata, tidak pintar, tidak cantik dan memakai kawat gigi, jatuh cinta dengan Shone yang tampan dan populer di sekolah. Berbekal tips-tips dari buku yang berisi berbagai metode untuk mendapatkan hati seorang pria, Nam dibantu sahabat-sahabatnya mulai melakukan perubahan pada dirinya agar dilirik Shone. Berhasilkah dia?



Alasan utama menonton ulang film ini sebenarnya karena koleksi film Thailand saya yang sangat sedikit dan kebetulan lagi pengen nonton film bertema ringan. A Little Thing Called Love menampilkan kisah cinta remaja klasik si itik buruk rupa yang bertransformasi menjadi angsa cantik dan jatuh cinta dengan pangeran tampan dari negeri antah berantah. Ah.. sepertinya saya berlebihan mengungkapkannya tapi begitulah adanya. Formulanya sudah puluhan kali dipakai dalam tema sebuah film romantis. Kendati demikian, penggarapannya dibuat cukup menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga mampu membuat betah penonton dalam durasi yang cukup lama.


Sayangnya, ketika di pertengahan, ceritanya malah menjadi flat dan seperti bertele-tele mengisi kekosongan waktu untuk sampai ke durasi 118 menit. Munculnya tokoh Top pun tak cukup menyelamatkan menit demi menit yang terasa lama dan menjadi membosankan.


Dua jempol untuk tim make-up yang bisa mempermak wajah sang aktris cantik pemeran Nam, Pimchanok menjadi ugly duckling. Then, ugly duckling turns into white swan. Sebagian penonton mungkin tidak akan percaya bahwa pemeran Nam yang dekil tersebut adalah orang yang sama dengan pemeran Nam yang cantik. Di sini, kita akan melihat bahwa stereotype seorang gadis cantik itu adalah yang berkulit putih (sama seperti di negeri ini). Lalu sang karakter utama pun sibuk memutihkan kulitnya agar dilirik lawan jenis. Miris.

 

Keberhasilan film ini tentu saja tak lepas dari akting para pemainnya yang bagus. Pimchanok sukses membawakan karakter Nam dengan bagus. Lalu Sudarat Budtporm yang berperan sebagai Guru Inn merupakan salah satu karakter yang menghidupkan suasana dalam film ini. Dengan melihat wajahnya saja, mungkin penonton akan tertawa (minimal senyum), apalagi jika melihat karakternya yang selalu kalah jika bertarung dengan rival beratnya, Guru Orn dalam memperebutkan hati Guru Pon. Tak ketinggalan ketiga sahabat Nam yang aktingnya sangat bagus dan natural. Sedangkan Mario sendiri kendati aktingnya tak begitu bagus, juga tidak jelek. 

 

Bagaimana pun, A Little Thing Called Love merupakan film yang akan membuat siapa pun yang menontonnya jadi enjoy. Dengan tema yang pasti selalu membuat siapa pun akan suka, a cheesy teen love story. Tapi seandainya tidak adanya transformasi si itik buruk rupa menjadi angsa, mungkin film ini akan semakin menarik dan memang membuktikan jika cinta itu tidak hanya dilihat dari fisik semata.


 ” All of us have someone who is hidden in the bottom of the heart. When we think of him, we will feel like umm… always feel a little pain inside, but we still want to keep him, even though I don’t know where he is today, what is he doing, but he is the one who makes me know this, a little thing called LOVE

June 16, 2013

Bangkok Traffic (Love) Story | Rot Fai Faa... Maha Na Ter (2009)


[Rewatch]


Bangkok Traffic (Love) Story (2009)


 


 


Bangkok Traffic Love Story (2009)
Rot fai faa... Maha na ter
Comedy | Romance
Director: Adisorn Tresirikasem
 Music by Instinct
 Release date(s): 15 October 2009 (Thailand)
Country: Thailand
Language: Thai

Starring:
Mei Li yang berumur 30 tahun, merasa kesepian ketika ditinggal sahabatnya yang menikah. Dalam sebuah kecelakaan, ia berkenalan dengan Loong, seorang pria tampan yang bekerja di BTS yang kemudian tanpa disengaja bertemu kembali dengannya (lagi-lagi) dalam sebuah ‘kecelakaan’. Li menyukai Loong sejak pandangan pertama, namun sebagai perempuan ia cenderung ‘kuno’ dan lambat. Li akhirnya meminta bantuan Plern, cewek remaja tetangganya yang lebih modern dan berani, belajar trik mendekati pria. Sayangnya, Plern malah tertarik dengan Loong dan langsung mencari perhatian Loong.


Walau pun sudah pernah menonton film ini sebelumnya di tahun 2011 lalu, tapi saya mungkin masih mau menonton ulang lagi film ini. Saya menyukai formula "kuno" ala film romantis yang ditampilkan dalam film ini. Tentu jika tidak diselipin banyak bumbu komedi, mungkin cukup sekali saja saya menonton film ini karena saya memang agak susah menonton film yang full pure romance.


Memang, film ini bagaikan kisah cinta cinderella di jaman modern yang membuat kita akan terus bermimpi setinggi-tingginya untuk bisa mendapatkan sang pangeran seperti Loong. Untungnya porsinya tidak berlebihan dan masih dalam batas logika. Ceritanya yang simpel dan dekat dengan keseharian kita, semakin menambah daya tarik dari film ini. Satu lagi yang menarik adalah bagaimana film ini menampilkan "Thailand" itu sendiri. Seperti menampilkan tentang kehidupan lalu lintas di kota Bangkok beserta alat transportasi yang ada disana. Bahkan, unsur perbintangan, drama ala sinetron, festival kebudayaan dan kultur Thailand juga tak lupa dimasukkan.


Dan ingat, sebuah film tak akan sempurna tanpa akting hebat para pemainnya. Dua jempol untuk akting keren Sirin "Cris" Horwang dan Theeradej Wongpuapan yang menampilkan chemistry kuat dalam film ini. Karakter Li yang merupakan gambaran perempuan masa kini, menjadikannya terasa begitu dekat dengan para penonton perempuan. Belum lagi tampilan Li yang fashionable bisa menjadi referensi mode bagi kaum perempuan. Sedangkan karakter Loong yang cool dan dewasa tentu menjadi karakter yang paling dicari oleh kaum hawa dimana pun. Satu lagi pemain yang cukup menarik perhatian adalah Ungsumalynn yang berperan sebagai gadis centil yang agresif, Plern.


Banyak sekali memorable scene dalam film ini dan beberapa yang saya suka adalah [spoiler alert!!] ketika Li diajak Loong merayakan festival pesta air, Plern malah ikut serta sehingga Li jadi terlihat bete. Atau ketika Li dan Loong kencan di planetarium, ketika Li selalu saja merusak (tanpa sengaja) barang-barang milik Loong.

 

Overall, film ini bagus dan dapat dinikmati di sela waktu senggang anda sambil melihat pemandangan kota Bangkok. Dan mungkin film ini bisa menjadi referensi bagus untuk anda tentunya kaum wanita yang memiliki karakter seperti Li yang susah menjalin hubungan dengan lawan jenis.

 
 







Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png