September 30, 2012

Crying Out Love in the Center of the World (2004)




Crying Out Love, in the Center of the World (2004) 










Crying Out Love in the Center of the World (2004)
Drama | Romance
Directeor : Isao Yukisada
Release date(s) : May 8, 2004
Running time : 138 minutes
Country : Japan
Language : Japanese


Starring :






Crying Out Love, in the Center of the World adalah film bertema drama romantis dengan alur yang simpel dan plot yang banyak ditemukan dalam film-film sejenisnya. Hanya saja cara pengeksekusian filmnya yang sedikit berbeda dan cukup bagus dengan pengambilan scene-scene yang menarik.



Crying Out Love, in the Center of the World yang beralur maju mundur ini bercerita tentang kisah cinta sepasang remaja di tahun 1980-an antara Sakutaro Matsumoto & Aki Hirose. Layaknya sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk asmara, Saku dan Aki pun menjalani hari-hari yang indah bersama. Mereka bahkan saling bertukar kaset rekaman tentang apa yang mereka rasakan dan alami satu sama lain.


Dengan durasi yang lama, terus terang membuat saya jadi mengantuk dan terpaksa beberapa kali rehat sejenak menontonnya. Namun film ini jauh lebih bagus dibanding remake versi Koreanya My Girl and I yang dibintangi oleh Song Hye Kyo dan Cha Tae-hyun. Dan kebetulan saya lebih dulu menonton versi Korea dan juga doramanya Sekai no Chuushin de, Ai wo Sakebu yang dibintangi oleh Yamada Takayuki dan. Ayase Haruka. Perbedaan yang paling mencolok antara dorama dan movienya terlihat pada karakter Saku, dimana Saku versi dorama terlihat begitu lemah sebagai seorang lelaki dan tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi sesungguhnya pada Aki.

Walau banyak yang bilang, menonton ini pasti akan membuat anda menangis, atau setidaknya berkaca-kaca, tapi sejujurnya hal itu tidak saya alami. Entah karena saya sudah duluan menonton versi Korea dan doramanya (agak nangis bombay dikit waktu nonton doramanya), atau karena durasi panjangnya yang membuat saya menjadi bosan duluan menontonnya. Tapi terlepas dari hal itu, film ini cocok untuk penggemar film drama romantis. Apalagi ketika menonton ini mungkin akan membuat anda bernostalgia dengan masa-masa indah di sekolah.


IMDb 






September 29, 2012

Psycho (1960)


Psycho (1960) 


Psycho (1960)

Horror | Mystery | Thriller
Based on Psycho by Robert Bloch
Director : Alfred Hitchcock
Release date(s) : June 16, 1960
Running time : 109 minutes
Country : United States
Language : English

Starring :
 Anthony Perkins
Vera Miles
John Gavin
Martin Balsam
John McIntire
Janet Leigh




Psycho bercerita tentang seorang perempuan bernama Marion Crane (Janet Leigh) yang melarikan uang titipan bosnya sebesar 40 juta dollar. Dalam pelariannya, Marion singgah di sebuah motel kecil yang bernama The Bates Motel. Motel ini dikelola seorang pria yang bernama Norman Bates (Anthony Perkins). Norman tinggal berdua dengan ibunya yang penyakitan.



Sang pemilik uang yang uangnya dilarikan oleh Marion menyadari uangnya tidak disetorkan ke bank. Maka, dia menyewa seorang detektif swasta bernama Milton Arbogast (Martin Balsam) untuk mencari Marion. Bahkan kakak Marion yang bernama Lila Crane (Vera Miles) dan pacar Marion, Sam Loomis (John Gavin) juga ikut melakukan pencarian.


 

Ketika menonton filmnya, saya merasa dejavu dengan beberapa adegan di pertengahan film dan ternyata saya pernah menonton film yang sama yaitu remakenya buatan tahun 1998. Remakenya sama sekali tidak menampilkan sesuatu yang berbeda dari versi aslinya, malah jauh lebih bagus yang asli. Apalagi dengan tampilan layar hitam putih, menambah tensi ketegangan pada film ini. Jelas, sang maestro, Hitchcok, mampu menghadirkan jalan cerita yang tak terduga, penuh teka-teki yang menegangkan, penuh kejutan yang cerdas, dan twisty dengan ketegangan dan nuansa misteri yang sangat kuat. Sinematografi yang ditampilkan sangat bagus. Bayangkan, film ini buatan tahun 1960. Belum lagi akting para pemainnya benar-benar mantap.



Adegan di kamar mandi tentulah menjadi salah satu adegan paling memorable dalam Psycho. Bahkan menjadi one of the most memorable scene in the movie.


 









Donnie Darko (2001)


Donnie Darko (2001)





Donnie Darko (2001)
Director : Richard Kelly
Release date(s) : October 26, 2001
Running time : 113 minutes
Country : United States
Language : English

Starring :
Jake Gyllenhaal
Jena Malone
Drew Barrymore
Mary McDonnell



Donnie Darko terlihat aneh di antara teman-teman sebayanya.  Bahkan orang tua dan saudaranya pun menganggap dia abnormal. Donnie sering tidur berjalan (sleepwalking) dan mengalami delusi, yaitu munculnya sesosok monster dalam bentuk kelinci bernama Frank yang menguasainya dalam pengaruh buruk. Dengan kehadiran monster kelinci tersebut, membuat Donnie melakukan tindakan-tindakan tak lazim.


 

 


Donnie Darko bukanlah film yang gampang untuk dinikmati karena film ini berisi banyak hal-hal yang membingungkan dan membuat penonton berpikir keras. Penonton akan bertanya-tanya sepanjang film tentang apa maksud film ini sebenarnya. Hingga akhirnya penonton akan terkejut dengan apa yang terjadi sesungguhnya.


  

  


 



Diisi dengan soundtrack yang asik, Donnie Darko yang di sutradarai oleh Richard Kelly ini mampu menggabungkan unsur fantasi, misteri, horor, dan kisah remaja dalam padanan yang pas. Then, the ending of the movie probably is one of the most twisted ending movie for all time.








IMDb














September 26, 2012

The Crying Game (1992)



The Crying Game (1992)




  


The Crying Game (1992)
Director : Neil Jordan
Release date(s) : October 30, 1992 (UK)
Running time : 112 minutes
Country : United Kingdom
Language : English


Starring :



I'm tired and emotional!!

The Crying Game bercerita tentang sekelompok IRA (Irish Republican Army) yang menculik seorang tentara Inggris, Jody (Forest Whitaker). Jude (Miranda Richardson), satu-satunya wanita dalam kelompok tersebut, berpura-pura menjadi wanita penggoda agar Jody masuk perangkap. 




Setelah Jody tertangkap, dia disekap dan Fergus (Stephen Rea), salah  seorang sukarelawan dalam kelompok tersebut bertugas menjaga Jody selama dalam penahanan. Tanpa disangka, Fergus dan Jody malah akrab. Jody bahkan bercerita tentang kekasihnya, Dil (Jaye Davidson) pada Fergus. Jody pun meminta Fergus agar melindungi Dil jika dia mati. 


 

The Crying Game adalah film drama psikologis thriller yang disutradarai oleh Neil Jordan. Film ini sendiri kental akan tema gender, ras, kebangsaan, dan seksualitas. 



Yang menarik adalah adanya twist yang mentah-mentah menipu penonton, termasuk saya sendiri. Bahkan kalau diingat-ingat, twist itu benar-benar membuat shock! Entahlah, kalau penonton lain menyadari twist itu duluan. Sebenarnya, saya sudah mulai curiga di pertengahan film, tapi rasa penasaran itu saya singkirkan dan akhirnya saya pun tertipu. Luar biasa!


Saya peringatkan, berhati-hatilah dalam menonton film ini. Beberapa adegan mungkin akan membuat anda mual atau shock. Tapi tak bisa dipungkiri, akting para pemainnya jempolan. Sayangnya, karakter Fergus dibuat terlihat biasa saja (entah sengaja atau tidak) dibanding karakter Dil (pastinya!) atau Jude. 

Finally, The Crying Game gives us one of the shocking twist in the movie!


September 20, 2012

Cria Cuervos (1976)

Cria Cuervos (1976) 

[Raise Ravens]






 



Cria Cuervos (1976)
Director : Carlos Saura

Release date(s) : 26 January 1976
Running time : 107 minutes
Country : Spain
Language : Spanish

Casts:




Cria Cuervos yang berasal dari pepatah Spanyol, "Cría cuervos y te sacarán los ojos" (Raise ravens, and they'll take out your eyes) sebenarnya ditujukan untuk seseorang yang memiliki nasib buruk dalam membesarkan anak atau membesarkannya dengan cara yang kurang tepat sehingga akan berakibat yang kurang baik ke depannya. Ini juga bisa berarti perilaku memberontak atau bahwa setiap tindakan yang buruk pasti akan kembali menghantui hidup seseorang.




Cria Cuervos menceritakan tentang tiga saudari yatim piatu, Irene, Ana, dan Maite yang diasuh oleh tante mereka, Paulina, yang juga merawat nenek mereka yang bisu dan lumpuh setelah kematian kedua orang tua mereka. Dari kedua saudarinya, Ana, yang terlihat sedikit berbeda. Hal tersebut mungkin dikarenakan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri penderitaan yang dialami ibunya semasa hidup dan dia menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya.


Melihat ekspresi yang ditampilkan oleh Anna Torrent yang berperan sebagai Ana, sedikit banyak akan membuat penonton turut merasakan apa yang dirasakan sang gadis kecil tersebut. Ekspresinya datar, kosong, dingin dan menakutkan. Namun sebenarnya Anna tetaplah seorang gadis kecil polos yang merindukan kehangatan akan sosok ibunya. Hal tersebut terlihat jelas dengan ditampilkan adegan dimana Ana sering kali berkhayal bahwa sang ibu masih hidup. Penonton pun akan dibuat bingung antara adegan yang nyata dan khayalan dalam film ini.


Cria Cuervos merupakan drama psikologis dengan dialog yang minim dan menampilkan banyak simbol-simbol dalam tiap adegannya. Film ini mengambil sudut pandang Ana sebagai seorang anak kecil dan ketika dia telah dewasa. Dimana, sang bocah sama sekali tidak tahu konsep nyata tentang apa kematian itu sebenarnya. Namun, sang sutradara dapat mengeksekusinya dan memproses peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan Ana dengan sangat baik.



Dalam salah satu adegan, diperlihatkan ketiga saudari tersebut bermain 'peran' sebagai orang lain. Mereka berdandan, meniru apa yang mereka lihat (seperti Irene yang meniru cara berdandan Paulina) dan bahkan mereka 'bertengkar' seolah-olah pertengkaran tersebut adalah pertengkaran sesungguhnya yang mereka saksikan pada kedua orang tua mereka. 



Lagu sisipan "Por qué te vas?" (Why are you leaving?) yang dinyanyikan oleh Jeanette diputar berulang kali dalam film ini. Lagu itu sendiri ternyata mengingatkan Ana akan sosok ibunya dimana sang ibu berbicara bahasa Spanyol dengan aksen Inggris seperti sang penyanyi itu sendiri. Hal tersebut semakin memperjelas tentang kesepian yang dialami Ana. Bahkan ada scene dimana Ana bermimpi ibunya muncul ke kamarnya dan menceritakan sebuah dongeng untuknya. So touching!


Cria Cuervos memang sebuah film yang mengambil sudut pandang anak-anak. tentang apa yang mereka amati, bagaimana mereka menafsirkannya dan bagaimana mereka bertindak berdasarkan interpretasi mereka. Bahkan film ini menggambarkan seorang anak bereksperimen dengan kekejaman dan kekerasan yang mereka ciptakan sendiri.


 

IMDb 








Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png