February 24, 2013

The Children (2008)


The Children (2008)





The Children (2008)
Horror | Mystery | Thriller
Directed by Tom Shankland
Release date(s): 5 December 2008 (UK)
Running time: 85 min.
Country: United Kingdom
Language: English
Starring:



Liburan tahun baru Elaine (Eva Birthistle) dan suaminya, Jonah (Stephen Campbell Moore) ke rumah saudarinya, Chloe (Rachel Shelley) dan suaminya Robbie (Jeremy Sheffield), yang harusnya menyenangkan mendadak berubah total tatkala anak-anak mereka menunjukkan beberapa perilaku aneh. Serangkaian insiden pun terjadi, dari hilangnya hewan peliharaan keluarga sampai pembunuhan sadis yang terjadi. 



 
  

Adegan awal film ini sudah disuguhkan dengan sesuatu yang horor dan misterius. Belum lagi setting lokasinya yang memang cukup seram dan jauh berada di hutan yang ditutupi salju. Lalu perlahan adegan berubah menjadi cerita drama dengan menceritakan sedikit hubungan antar dua keluarga kakak beradik Elaine dan Chloe. Tak panjang-panjang, horor kembali mencekam dan semakin memanas hingga akhir.



Beberapa adegan terlihat cukup mengerikan dan disturbing. Atmosfir seramnya pun terbangun cukup baik. Jajaran cast memang tampil jauh dari kata sempurna but good enough, especially the children. Hannah Tointon yang berperan sebagai Casey, cukup terlihat bitchy sebagai seorang remaja yang menggoda omnya sendiri.




Sebenarnya, cerita film ini cukup menjanjikan. Sayangnya kurang digarap dengan baik sehingga terkesan ceritanya sangat kedodoran di pertengahan hingga ending. Dan endingnya, ough.. suck!!  Saya cuma melongo sampai sepersekian menit dan ketika sadar cuma menggumam, "gini doank??" 





IMDb 











 

The Third Man (1949)



The Third Man (1949)





The Third Man (1949)
Film-Noir | Mystery | Thriller
 Director: Carol Reed 
Release date(s): 2 September 1949
Running time: 104 minutes
Country: United Kingdom
Language: English
 
Starring:



Seorang novelis fiksi yang kurang terkenal, Holly Martins ( Joseph Cotten) datang ke Wina atas undangan teman lamanya, Harry Lime (Orson Welles), yang menawarinya pekerjaan. Saat tiba di Wina, Martins mendapati bahwa Lime baru saja meninggal. Dengan mencari tahu melalui teman-teman Lime, pacarnya, polisi dan orang-orang yang berada di sekelilingnya, Martins menemukan banyak kejanggalan dalam kematian Lime dan segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

  
The Third Man yang kental nuansa noirnya ini, memang menyajikan berbagai aspek menarik dan bagus dalam filmnya. Great storyline, great actors/actresses, great cinematography, perfectly shot and many more.  Even the twist is brilliant. Dialog-dialognya pun bagus, terutama di bagian ucapan Harry Lime, "In Italy for 30 years under the Borgies they had warfare, terror, murder, and bloodshed, but they produced Michelangelo, Leonardo da Vinci, and the Renaissance. In Switzerland they had brotherly love - they had 500 years of democracy and peace, and what did that produce? The cuckoo clock."





Akhirnya, saya cuma bisa bilang, this is recommended movie!. Dan endingnya... hmm.. saya suka dengan adegannya.. 

 

 IMDb





 




 

February 17, 2013

The 39 Steps (1935)


The 39 Steps (1935)






The 39 Steps (1935)
  Crime | Mystery | Thriller  

Directed by Alfred Hitchcock
Release date(s): June 1935 (UK), 1 August 1935 (US)
Running time: 86 minutes
Country: United Kingdom
Language: English 

Starring:





Seorang lelaki berkewarganegaraan Kanada, Hannay (Robert Donat) yang sedang berada di London, dituduh membunuh seorang agen rahasia. Hannay pun melarikan diri ke Skotlandia. Tujuannya untuk menghentikan jaringan mata-mata yang akan mencuri informasi rahasia. Berhasilkah Hannay?

  

Tak banyak komentar untuk film-film seorang Alfred Hitchcock yang memang sudah terkenal hebat dengan genre suspense, thriller, atau crime. Begitu juga dengan jajaran castnya yang apik. Donat yang charming mampu menyuguhkan akting yang bagus dan keren sebagai Hannay. Lalu Madeleine Carroll yang berperan sebagai Pamela - kendati perannya mulai muncul di pertengahan - seorang wanita yang cukup tangguh dan independen. Godfrey Tearle yang menjadi sang villain dalam film ini. Tak ketinggalan Peggy Ashcroft, yang mencuri perhatian lewat perannya sebagai seorang istri dari seorang petani yang membantu Hannay melarikan diri.

 

Chemistry yang kuat antara Donat dan Carroll menciptakan banyak memorable scene di film ini. Salah satu yang saya suka adalah ketika tangan mereka berdua terborgol dan mau tidak mau mereka terpaksa harus menginap bersama di sebuah hotel. How romantic! Bukan, versi romantisnya beda, kok, tapi cukup menghibur. 

 
 

Satu lagi yang menarik dari film ini adalah twist yang gagal saya tebak hingga ending. Padahal biasanya saya bisa menebak-nebak seperti apa cerita dalam film arahan Hitchcock, tapi kali ini saya sama sekali totally blank!. Entah karena saya kurang fokus atau dalam kondisi yang kurang prima. But, honestly, it's better just enjoying the movie than guessing it! Trust me!


February 10, 2013

The Lady Vanishes (1938)


The Lady Vanishes (1938)






The Lady Vanishes (1938)
Comedy | Mystery | Thriller

Directed by Alfred Hitchcock
Based on The Wheel Spins by
Ethel Lina White 
Release date(s): 7 October 1938 (London)
1 November 1938 (USA)
Running time: 97 minutes
Country: United Kingdom
Language:  English

Starring: 




The Lady Vanishes menceritakan tentang Iris (Margaret Lockwood), seorang wanita muda yang akan kembali ke Inggris dari liburan di sebuah negara (fiksi) Eropa, Bandrika. Dalam perjalanan pulang dengan kereta api, dia bertemu seorang wanita tua bernama Ms Froy (Dame May Whitty) dan mereka seketika menjadi akrab dan dekat. Ketika Iris terbangun dari tidur karena kelelahan, dia tak menemukan keberadaan Ms Froy di kereta. Ketika dia bertanya pada semua penumpang, tak seorang pun pernah melihat keberadaan Ms Froy.


Kali ini masterpiecenya sutradara film-film bergenre thriller, crime, mystery, Alfred Hitchcock menyajikan sebuah sajian film yang sedikit berbeda dari film-filmnya yang pernah saya tonton, dimana dalam The Lady Vanishes, Hitchcock memasukkan cukup banyak komedi dan gurauan. Bahkan dalam sepertiga bagian awal film, kesan thriller sama sekali tak nampak seperti film-filmnya yang lain. Barulah ketika dipertengahan, aroma thrilller, crime dan misteri begitu kental. Bahkan di beberapa bagian sangat terasa. Mengingat saya menontonnya pada malam hari bersama seorang teman, aroma tersebut berhasil membangkitkan kesan mencekam dan membuat teman saya menjerit seketika takkala melihat wajah seorang wanita yang di duga adalah Ms Froy (ketika Ms Froy dianggap tidak pernah ada dan Iris dianggap sedang berhalusinasi).

 

Memang, soal ide cerita tak perlu diragukan lagi, keren! Mengingat film ini dibuat di tahun 1938 (bahkan negara kita belum merdeka). Jika kita menontonnya di masa sekarang, mungkin ada beberapa adegan yang akan membuat kita nyengir atau senyum-senyum sendiri melihatnya. But it doesn't matter! Twistnya brilian. Saya terkena tipuan twistnya di beberapa bagian. Bahkan sempat ragu tentang siapa sang villain sebenarnya dalam film ini diantara beberapa kandidat yang mencurigakan. Misteri yang dibumbui dengan intrik dan konspirasi menjadi sajian yang istimewa dari film ini. Ketika keberadaan Ms Froy di kereta seolah-olah memang tak pernah ada, saya sendiri jadi berpikiran apakah semua adegan Iris dan Ms Froy di kereta hanya khayalan belaka? Dan itulah yang dialami Iris dalam film yang sarat muatan misteri dan thriller ini.


Soal para pemainnya, sepertinya saya tak perlu berbicara banyak karena memang akting mereka bagus. Margaret Lockwood, dengan kecantikan klasiknya mampu membuktikan diri bisa berakting dan berperan dengan baik sebagai Iris. Lalu Michael Redgrave yang berperan sebagai Gilbert, dengan gaya dan perawakannya yang asik tapi sedikit mengesalkan itu sangat mempesona. Tak ketinggalan dua pria Inggris, Caldicott (Naunton Wayne) dan Charters (Basil Radford) yang karakternya menarik perhatian saya, dikarenakan saya bingung tentang seperti apa sebenarnya karakter mereka berdua dalam film ini.



Jika anda merasa jalan cerita film ini mirip dengan Flightplan (2005), anda benar, karena memang cerita Flightplan mengambil ide cerita The Lady Vanishes. Yang berbeda alat transportasinya, Flightplan menggunakan pesawat, sedangkan The Lady Vanishes menggunakan kereta api. Tak ketinggalan sang sutradara tampil cameo di film ini. Di adegan mana? coba anda cari tau sendiri!



IMDb 










Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png