June 30, 2015

The Ladykillers (1955)


The Ladykillers (1955)






Professor Marcus (Alec Guinness) yang mengaku sebagai profesor musik, menyewa kamar di sebuah rumah di London. Rumah tersebut adalah milik Mrs. Louisa Alexandra Wilberforce (Katie Johnson), seorang janda tua eksentrik yang tinggal bersama burung beonya. Marcus mengatakan bahwa teman-teman sesama rekan musisinya akan datang mengunjunginya setiap saat untuk berlatih. Namun sebenarnya, Marcus dan rekan musisinya sama sekali tidak bisa memainkan musik karena mereka sebenarnya adalah komplotan perampok. Mereka menjadikan kamar Marcus sebagai markas untuk merencanakan perampokan dengan memanfaatkan Mrs. Wilberforce.

It's hilarious funny! Kata yang paling tepat untuk film ini. Film ini benar-benar menghibur dan sangat lucu. Sudah lama sekali rasanya saya menonton film yang berhasil membuat saya tertawa terpingkal-pingkal seperti ini. Beberapa adegannya memang slapstick tapi anehnya sangat lucu menurut saya. Melihat tingkah polah Mrs. Wilberforce yang sebenarnya cukup annoying tersebut ketika kerap kali mengganggu kegiatan para perampok tersebut, benar-benar lucu dan menghibur. The Ladykillers dapat dikatakan sebagai penggambaran dari kondisi Inggris pasca perang yang tentu saja dipenuhi kedamaian dan ketentraman. Namun begitu tetap saja tidak semua orang siap menghadapi hal tersebut. Korupsi pun menjadi sesuatu yang tak terelakkan juga. Golongan masyarakat juga terbagi dalam beberapa golongan. Hal tersebut dapat tercermin dari karakter-karakter yang ada dalam film ini yang mewakili berbagai golongan masyarakat tersebut. Karakter seperti Mrs. Wilberforce merupakan golongan tua yang semakin jarang untuk ditemui dan pastinya tak akan ada yang percaya dengan seorang nenek tua seperti beliau yang akan melakukan tindak kejahatan dan korupsi, kan? Ya, penggambaran seperti itulah yang kira-kira tertuang dalam film ini. Dibalut dengan black comedy yang kental, film ini tentu saja akan gampang dinikmati.

Katie Johnson tentu saja yang paling sukses mencuri perhatian dalam film ini. Karakter si nenek tua menyebalkan yang keras kepala dari sudut pandang para perampok, polisi dan penjual buah begitu pas diperankannya. Adegan di pasar yang membuat repot banyak orang tersebut menjadi bukti betapa si nenek ini sangat sangat annoying dan membuat sakit kepala. Namun begitu, akan ada perasaan kesal, iba, sekaligus sayang melihat sosok seperti beliau tersebut. Karakter Mrs. Wilberforce sendiri mengingatkan saya pada almarhum nenek saya yang sama-sama annoying dan keras kepala. Memang begitulah orang tua, sifatnya persis seperti anak-anak lagi. Alec Guinness dan para pemain lainnya juga bermain dengan sangat bagus di film ini. Tak ada yang perlu diragukan lagi dari akting keren para pemain The Ladykillers ini baik dari pemain utama maupun pemain pendukung semua bermain dengan sangat bagus.

Film ini telah diremake oleh hollywood (yeah, again!) pada tahun 2004 lalu dengan Tom Hanks sebagai salah satu pemainnya. Namun percayalah, tidak akan ada yang bisa menandingi versi originalnya yang sangat bagus ini; dengan humornya yang tetap menghibur dan sangat lucu (walau beberapa mungkin ketinggalan jaman). The Ladykillers bukanlah tipe film yang bisa dibuat lagi. Itulah kenapa remakenya gagal total. Finally, The Ladykillers is one of the best funny British films of all time. Recommended!.







Title: The Ladykillers | Genre: Comedy, Crime | Director: Alexander Mackendrick | Music: Tristram Cary | Release dates: 8 December 1955 | Running time: 97 minutes | Country: United Kingdom | Language: English | Cast: Alec Guinness, Katie Johnson, Herbert Lom, Peter Sellers, Danny Green, Cecil Parker , Jack Warner, Frankie Howerd | IMDb | Rotten Tomatoes







June 14, 2015

Priceless | Hors de prix (2006)


Priceless (2006)





Jean (Gad Elmaleh), adalah seorang bartender di sebuah hotel mewah. Namun Irene (Audrey Tautou), seorang wanita materialistis, malah keliru menyangkanya adalah seorang pria kaya raya. Ketika Jacques (Vernon Dobtcheff), pacar Irene yang kaya dan tua sedang mabuk dan tertidur pulas di kamar hotel, Irene pergi ke bar hotel dimana Jean bekerja dan mereka bertemu. Setelah berhasil membuat Irene terkesima, Jean dan Irene lalu menghabiskan malam bersama. Karena ketahuan selingkuh, Irene pun diputuskan. Setahun kemudian mereka bertemu lagi dan saat itu Irene tahu bahwa Jean bukanlah pria kaya. Jean sendiri kemudian malah berhubungan dengan seorang janda kaya, Madeleine (Marie-Christine Adam). Keduanya akhirnya menjalin hubungan dengan pasangan mereka hanya demi uang semata. Namun perlahan mereka menyadari bahwa mereka saling menyayangi, tapi dapatkah mereka menjalani kehidupan yang lebih baik tanpa uang?

Ratingnya yang cukup tinggi di dua situs film bergengsi tentulah menjadi bahan pertimbangan saya untuk mencoba menonton film ini. Apalagi pemain utamanya adalah aktris favorit saya, Audrey Tautou. Dengan ekspektasi tinggi, saya mengharapkan kenikmatan begitu menontonnya. Tapi apa yang saya dapat? Kecewa! Ya, kecewa! Ceritanya benar-benar predictable, dengan adegan-adegan yang terasa sangat familiar ditemukan di film-film bertema romance. Kisah cintanya bahkan terbilang lebay menurut saya. Joke-nya juga tidak lucu sama sekali. Belum lagi durasinya yang terlalu lama untuk ukuran sebuah film romance. Ough! Kalau saja bukan karena Tautou, mungkin sudah saya stop film ini di menit ke tiga puluh.

Entahlah, sepertinya formula romance di film ini tidak sesuai untuk saya. Kebosanan akut melanda saya sepanjang film ini berlangsung. Harusnya film ini bisa menghibur, malah sebaliknya, membuat saya jadi dongkol menontonnya. Yang menyelamatkan saya hanyalah akting keren para pemainnya saja. Audrey Tautou yang terkenal lewat imagenya sebagai Amelie Poulain, berhasil keluar dari image tersebut dan sukses menjadi seorang  Irène Mercier di film ini. Gad Elmaleh juga menunjukkan performa yang bagus. Chemistry mereka berdua cukup bagus. Namun sayangnya, kekonyolan demi kekonyolan yang dilakukan tidak berhasil membuat saya tertawa. Ah, this movie is just overrated for me! Tapi film ini punya pesan yang cukup bagus, "money can't buy love", sesuai dengan judul filmnya sendiri. Jika anda penggila film romance sejati, sepertinya film ini akan sangat cocok untuk anda, tetapi jika bukan, sebaiknya hindari menonton film ini jika anda tidak ingin merasakan sensasi kebosanan tingkat dewa seperti saya.









Title: Priceless / Hors de prix  | Genre: Comedy, Romance | Director: Pierre Salvadori | Music: Camille Bazbaz | Release dates: November 18, 2006 | Running time: 104 min. | Country: France | Language: French | Cast: Gad Elmaleh, Audrey Tautou, Marie-Christine Adam, Vernon Dobtcheff | IMDb | Rotten Tomatoes




Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png