August 31, 2013

Belle de Jour (1967)


Belle de Jour (1967)





Belle de Jour (1967)
  Drama
Director: Luis Buñuel
Release date(s): May 24, 1967 (France)
Running time: 101 minutes
Country: France/Italy
Language: French, Spanish

Starring:




Severine (Catherine Deneuve) adalah seorang wanita cantik yang menikah dengan seorang dokter yang bernama Pierre Serizy (Jean Sorel). Pernikahan mereka bahagia dan Severine sangat mencintai suaminya. Sayangnya, apapun alasannya, Severine tidak mampu berhubungan intim dengan suaminya. Pierre menghargai keputusan tersebut walaupun hal tersebut mengancam keutuhan rumah tangga mereka. Kenyataaanya, Severine adalah masochist dan dia sering berfantasi sex untuk memuaskan hasrat seksualnya. Severine selalu membayangkan dirinya sebagai korban dalam serangkaian fantasi kekerasan seksual. Dan ketika fantasi tersebut tak dapat dibendung lagi, dia pun memutuskan menjadi prostitute dengan nama samaran Belle de Jour.


Yeah, premis film ini begitu menarik. Pada bagian pembukaan film saja kita sudah disuguhi dengan adegan sex dimana Severine disiksa suaminya, dicambuk dengan kedua tangannya diikat ke atas pohon lalu tubuhnya dicumbu dari belakang oleh pria lain. Penonton mungkin akan kebingungan dengan adegan yang hanya sebentar tersebut dan tiba-tiba terlihat Severine malah berbincang dengan suaminya. Kebingungan tersebut tidak akan berlangsung lama, karena akan ada berbagai macam adegan penyiksaan yang akhirnya membuat kita tahu bahwa Severine memang menderita suatu kelainan. Memang, sepanjang film, fantasi dan realita saling tumpang tindih. Bunuel mengaburkan batas antara memori, realita dan fantasi sehingga kita akan ragu yang mana sebenarnya yang nyata dan bukan, atau semuanya hanya fantasi Severine belaka.


Penampilan para pemainnya jelas sangat bagus dan memukau. Catherine Deneuve memang menjadi pilihan tepat untuk menjadi Severine. Deneuve memberikan penampilan yang mengagumkan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata - lebih baik anda menontonnya sendiri. Lalu penampilan Geneviève Page yang memerankan Madame Anais dengan sangat bagus,  Pierre Clémenti yang menjadi Marcel dan tak ketinggalan Jean Sorel dan Michel Piccoli. Para pemain pendukung seperti karakter para wanita di rumah bordil dan klien-klien mereka, juga mampu menunjukkan performa akting yang bagus. 
 
  
 
 
Satu hal yang saya suka dari film ini - sebagai seorang wanita - adalah fashion dan make-upnya. Saya pribadi memang menyukai fashion dibawah tahun 80an. Penampilan Severine dengan make-up yang tidak berlebihan dengan dominasi warna-warna pastel, membuatnya terlihat anggun sebagai wanita high class.


Overall, Belle de Jour is interesting movie with interesting theme. Meski mengandung banyak adegan nudity dan sexual violence, namun film ini dengan gamblang menunjukkan kejujuran yang sepenuhnya berkaitan dengan batin dan keinginan seseorang (dalam kasus ini sang karakter utama). 

 
 

*Warning: Contain nudity








August 26, 2013

Amour (2012)


Amour (2012) 





Amour (2012)
Drama | Romance
Director: Michael Haneke
 Release date(s): 20 May 2012 (Cannes), 24 October 2012 (France)
Running time:127 minutes
Country: Austria, France, Germany
Language: French

Starring:




Georges (Jean-Louis Trintignant) dan Anne (Emmanuelle Riva) adalah pasangan suami istri yang telah berusia lanjut. Mereka adalah pensiunan guru musik. Putri mereka juga seorang musisi dan tinggal bersama keluarganya di luar negeri. Suatu hari, Anne terkena stroke dan kehidupan mereka pun berubah seketika.


Jika melihat judulnya, Amour, pastilah kita akan berpikiran tentang film yang menyajikan kisah cinta sepasang kekasih. Tapi begitu menonton bagian awal filmnya, pikiran tersebut akan sirna. Amour sendiri justru menyajikan kisah menyakitkan dan kelam dari cinta. Kesinisan tentang cinta dan kasih sayang tergambar jelas hampir dalam keseluruhan film ini. Ditambah dengan bumbu-bumbu kesedihan, membuat Amour menjadi sajian komplit kisah cinta yang miris dan tragis. Haneke menggambar setiap adegan terasa begitu real. Beginilah memang (mungkin) kehidupan yang sebenarnya, bukan seperti kisah dalam film drama romantis yang selalu indah dan berakhir happy ending.

 
 
Namun, di samping itu, kita juga akan menyaksikan betapa cinta mempunyai kekuatan yang luar biasa, seperti yang terjadi pada Georges. Dengan segenap hati yang tulus, lelaki tua tersebut merawat istrinya yang nyaris tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena stroke. Walaupun akhirnya Georges harus bertarung melawan rasa cinta tersebut karena lelah dan terbebani hingga akhirnya melakukan keputusan yang krusial bagi mereka berdua. Sejenak, film ini membuat kita akan merasakan sedikit ketakutan sambil merenung, seandainya ketika tua kelak harus mengalami hal yang sama seperti dalam film ini.


Haneke menyelipkan pesan-pesan lewat simbol-simbol yang ada dalam film ini, seperti lukisan dan burung merpati. Jika kita tidak tahu budaya Eropa, tepatnya Perancis, mungkin akan sulit menerjemahkan simbol-simbol tersebut, seperti saya sendiri yang masih menerka-nerka apa maksud terselubung yang ingin disampaikan oleh Haneke. Ya, skenario film ini mungkin menyebalkan tetapi sinematografinya begitu indah dan jalan ceritanya juga dieksekusi dengan begitu indah pula.


Sayangnya, dengan durasi panjang dan tempo super lambat nan monoton, membuat penonton akan mati kebosanan menyaksikan ruang lingkup yang juga disajikan terbatas dalam film ini. Jika tak terbiasa menonton film seperti ini, pastilah anda akan segera menyerah di paruh waktu pertama. Saya sendiri nyaris ingin segera mengakhiri film ini jika bukan karena penampilan ciamik yang diperlihatkan oleh kedua pemain utamanya, Jean-Louis Trintignant dan Emmanuelle Riva. Kedua pemain tersebut mampu menampilkan penampilan yang sangat emosional dan memukau. Tantangan terbesar mungkin ada pada Riva yang harus benar-benar terlihat seperti orang yang terkena stroke. Namun, Trintignant mempunyai tantangan yang sama besarnya menghadirkan karakter Georges yang dipenuhi rasa cemas, takut, emosional namun berusaha untuk bertahan dalam tekanan yang luar biasa sakit. 


Overall, Amour merupakan film bagus yang mampu mengaduk-aduk emosi penonton dengan memadukan rasa cinta, kasih, sedih, benci, bahkan frustasi melebur menjadi satu. Namun, Amour jelas bukan film yang akan mudah disukai oleh semua orang.

 










August 25, 2013

La Femme Nikita (1990)

La Femme Nikita (1990)







La Femme Nikita (1990)
Nikita
Action | Drama | Thriller 
Director: Luc Besson
 Music: Éric Serra

Release date(s): 21 February 1990
Running time: 117 minutes
Country: France, Italy
Language: French, Italian
Starring:





Seorang junkies bernama Nikita (Anne Parillaud) ditangkap saat terjadi pencurian di apotik karena menembak seorang polisi dan kemudian dipenjara. Petugas intelijen Prancis, Bob (Tchéky Karyo) memberinya alternatif agar bebas dari eksekusi dengan menjadi agen rahasia negara. Nikita setuju dan kemudian dia dilatih dan diajari banyak hal serta diberi identitas baru.


Le Femme Nikita adalah judul yang tepat untuk menggambarkan tema dari film ini sendiri. Femme, yang berkonotasi keanggunan, elegan, gairahkan dan/atau martabat seorang wanita/istri menjadi simbol dari karakter utama dalam film ini. Kendati film ini bercerita tentang mata-mata rahasia dengan kode nama Josephine ini, namun sang sutradara, Besson lebih memfokuskan pada cerita personal pribadi sang karakter utama, Nikita. Besson mengeksplor dilema seorang wanita yang memiliki dua kehidupan berbeda dan harus memilih antara pekerjaan atau cinta. Namun, Besson tetap menampilkan action-action memukau dengan porsi yang pas.


Transformasi seorang Nikita dari seorang junkies hingga menjadi seorang pembunuh profesional tergambar dengan sangat bagus. Tentu saja hal tersebut tak lepas dari akting memukau Parillaud. satu-satunya yang epic fail adalah tampang Parillaud yang tidak seperti gadis berusia 20 tahunan. Parillaud terlihat lebih tua, karena memang usianya saat itu sudah tiga puluh tahun.



Jean-Hugues Anglade dan Tchéky Karyo yang berperan sebagai Marco dan Bob, pun menampilkan akting yang bagus dan memukau. Percakapan keduanya di akhir film merupakan salah satu bagian favorit saya dalam film ini. Tak ketinggalan akting bagus dari Jean Reno sebagai Victor "The Cleaner" yang walau penampilannya tak banyak, namun sukses mencuri perhatian. Karakter Victor tersebutlah yang kemudian menjadikan Besson membuat film Léon: The Professional empat tahun kemudian.


Overall, La Femme Nikita merupakan sajian thriller yang menarik, menghibur dan worth watching
 
 
 












August 16, 2013

The Rules of the Game | La Règle du Jeu (1939)


The Rules of the Game (1939)





La Règle du Jeu (1939) 
The Rules of the Game
Drama | Comedy
Director: Jean Renoir
Release date(s): 8 July 1939
Running time: 106 minutes
Country: France
Language: French 

Starring:



André Jurieux, penerbang yang baru saja memecahkan rekor terbangnya, kembali ke Perancis untuk bertemu wanita yang dicintainya, Christine. Christine sendiri telah menikah dengan bangsawan bernama Robert. Robert pun ternyata mempunyai affair dengan wanita bernama Geneviève. André akhirnya diundang oleh temannya, Octave, ke pesta di vila Christine. Selama pesta berlangsung, pelayan pribadi Christine, Lisette, yang telah bersuami Schumacher malah bermain api dengan pelayan baru, Marceau.

  

La Règle du Jeu atau Rules of the Game adalah film tentang perilaku moral dari orang-orang yang tidak bermoral. Juga tentang si kaya dan si miskin. Kisah para borjuis di masa itu yang menjadi yang tentu saja hanya memikirkan diri mereka sendiri. Lihatlah scene dimana mereka bersenang-senang di pesta yang diadakan Robert dan Christine. Yang kaya dan berkuasa lebih suka bermain-main dengan "mainan fantastis" sementara orang-orang di sekitar mereka kehilangan kehidupan dan mata pencaharian mereka. Hunting scene juga merupakan contoh nyata bagaimana para perilaku sebenarnya dari para borjuis tersebut. Selain itu, film ini juga berisi humor satir yang menggelitik. Dan tentunya kisah cinta yang dipenuhi intrik di dalamnya.

 

Renoir, yang juga berperan sebagai Octave, memilih pemain yang tepat untuk karakter-karakter dalam filmnya. Paulette Dubost yang berperan sebagai Lisette, salah satu yang mencuri perhatian dalam film ini. Karakternya yang awalnya terlihat perfect malah membuat saya hilang simpati akhirnya. Begitu juga dengan karakter Marceau yang diperankan oleh Julien Carette jelas-jelas sangat menyebalkan sekali sepanjang film. Gaston Modot, walau perannya tak begitu banyak, tapi penampilannya bagus sekali sebagai Schumacher. Nora Gregor, Marcel Dalio, Roland Toutain dan Mila Parély tak kalah bagusnya.

 
 
 

La Règle du Jeu adalah sebuah komedi, tragedi, potret perilaku moral, dan sebuah kisah cinta yang menyentuh. So, La Règle du Jeu is one of the best classic movie all the time. 

  
 
 













Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png