April 26, 2015

Who Am I – No System Is Safe | Who Am I - Kein System ist Sicher (2014)

Who Am I - No System Is Safe (2014)





No System Is Safe.
Aim for the Impossible.
Enjoy the meat world as much as the net world.



Benjamin (Tom Schilling) adalah seorang pemuda introvert di dunia nyata, namun di dunia maya, dia adalah seorang hacker yang sangat handal. Kemampuannya dalam urusan komputer tersebut membawanya berkenalan dengan Max (Elyas M'Barek), Stephan (Wotan Wilke Möhring) dan Paul (Antoine Monot Jr.). Mereka berempat menamakan diri mereka CLAY (Clowns Laughing @ You) yang mempunyai misi untuk melakukan peretasan di sana-sini demi kesenangan dan ketenaran semata. Aksi mereka tersebut justru menarik perhatian Europol (Europe Interpol) yang dikepalai oleh Hanne Lindberg (Trine Dyrholm).

Film ini dibuka dengan adegan Benjamin yang memasuki sebuah kamar hotel dan melihat tiga orang terbunuh dengan cara mengenaskan. Lalu adegan pun berganti dengan interogasi yang dilakukan oleh Hanne Lindberg pada Benjamin terkait insiden tersebut. Di mulailah cerita flashback Benjamin tentang dirinya dan orang-orang yang berhubungan dengannya. Scene tersebut jadi mengingatkan kita pada scene di film The Usual Suspect dan Loft. Pace film ini bisa dikatakan lumayan cepat sehingga saya nggak sempat mengalami mati kebosanan menontonnya. Setelah beberapa bulan ini saya seperti kehilangan gairah menonton film dan sering sekali jarang bisa menuntaskan suatu tontonan dalam sekali tonton, kali ini saya seperti mendapatkan kembali gairah bergejolak ketika menonton film ini. Seru! Yeah, this movie is so much fun. Apalagi tema cyber-crime memang menjadi salah satu tema favorit saya. Dan kali ini saya merasakan sensasi yang dahsyat ketika menonton film ini. Tentunya juga karena it's not hollywood movie yang belakangan ini semakin membuat gairah menonton saya semakin lesu. Film-film dari benua Eropa memang selalu mendapat tempat terindah di mata saya.

Plotnya sendiri bisa dibilang cukup kompleks. Walau pada awalnya terkesan biasa saja namun seiring berjalannya waktu, ceritanya semakin menarik hingga akhirnya endingnya yang penuh dengan twist berlapis yang mampu menunjukkan bahwa film ini memang berkelas. Cerdas! Mungkin kata itu lebih tepat diberikan untuk plot cerita Who Am I - No System Is Safe ini. Bagaimana tidak, film besutan Baran bo Odar (dimana karya sebelumnya The Silence (2010) juga mampu memikat hati saya) ini sukses membuat saya terlihat so stupid karena semua tebakan saya salah dalam menebak twistnya. Odar begitu lihat memanipulasi naskah ceritanya sedemikian rupa sehingga kita sebagai penonton dibuat terpaksa menebak-nebak terus apa yang sebenarnya terjadi. Namun, memang sangat memuaskan melihat hasil akhir dari film ini yang membuat saya ternganga sepersekian detik sebelum akhirnya kata 'bravo' keluar tanpa sengaja dari mulut saya. Jadi, jika anda berpikir anda berhasil menebak twistnya di bagian menjelang akhir ceritanya, jangan senang dulu, karena mungkin saja anda akan terkecoh seperti saya. Tapi jika anda berhasil menebak twistnya, saya acungin dua jempol untuk anda. Sudah lumayan lama juga saya tidak menonton film dengan twist yang memuaskan seperti ini.

Who Am I – No System Is Safe semakin menarik karena dimainkan oleh para aktor yang tepat. Tom Schilling does the good job here! Performanya sangat tepat menggambarkan karakter Benjamin yang pemalu, kuper, outsider, invisible for everyone. Elyas M'Barek sukses melakoni perannya sebagai Max yang cool dan penakluk wanita. Wotan Wilke Möhring dan Antoine Monot Jr., walau perannya tak begitu banyak tapi sudah sangat cukup menghidupkan suasana. Lalu Trine Dyrholm yang penampilannya bagus sekali dan saya suka dengan karakternya yang tegas dan menunjukkan sosok perempuan hebat dan kuat masa kini. Namun sayangnya saya merasa Hannah Herzsprung kurang cocok dengan karakter Marie terutama karena faktor wajahnya yang terlihat sedikit lebih tua dari Tom (dan ternyata memang dari segi umur Hannah juga lebih tua setahun dari Tom).

Lewat sajian penuh aksi seru dan menegangkan serta penasaran tingkat tinggi, Who Am I – No System Is Safe wajib anda coba. Apalagi film ini ditutup dengan twist manis yang mencengangkan. And you know what, sudah bisa diprediksi Hollywood bakal meremake film ini. Oh sighhh!!






Title: Who Am I – No System Is Safe / Who Am I - Kein System ist Sicher | Genre: Thriller | Director: Baran bo Odar | Release date: 6 September 2014 (TIFF), 25 September 2014 (Germany) | Running time: 105 minutes | Country: Germany | Language: German, English | Cast: Tom Schilling, Elyas M'Barek, Hannah Herzsprung, Wotan Wilke Möhring, Antoine Monot Jr., Trine Dyrholm | IMDb













April 10, 2015

10.000 KM (2014)


10.000 KM (2014)
Long Distance








Contain Spoiler!!

Sepasang kekasih, Sergi (David Verdageur) dan Alex (Natalie Tena) yang sedang merencanakan memiliki anak, terpaksa harus menunda keinginan tersebut kembali karena Alex tiba-tiba ditawarin pekerjaan di Los Angeles. Mereka pun harus berpisah jauh; Barcelona-Los Angeles selama lebih kurang setahun. Dapatkan cinta mereka bertahan dalam jarak 10.000 km?  

Yeah, memang saat ini mood saya ingin menonton film-film Long Distance Relationship (LDR) dikarenakan saya sedang mengalaminya :). Setelah Like Crazy yang sukses mengena sekali buat saya, kali ini saya mencoba mencicipi 10.000 KM besutan Carlos Marques-Marcet. Eh, baru adegan awal malah langsung disuguhi adegan di ranjang. Terlihat bahwa Sergi dan Alex adalah pasangan yang berbahagia dan sedang berusaha untuk mendapatkan anak setelah berkali-kali gagal. Opening shotnya berlangsung dalam kurun waktu sekitar 23 menit dan setiap momen yang tercipta digarap dengan baik dan terlihat real. Pergerakan kamera terlihat mengikuti kegiatan Sergi dan Alex ketika berada di aparteman tersebut, dari satu tempat ke tempat lain; menampilkan kegiatan sehari-hari mereka di pagi hari; menggosok gigi, mandi, membaca email, hingga sarapan. Dari scene tersebut terlihat hubungan keduanya yang sangat kuat. Namun, situasi berubah menjadi complicated ketika Alex memberitahukan bahwa dia mendapat kesempatan mengembangkan karir fotografinya di Los Angeles. Setelah melalui perdebatan pro dan kontra yang panjang, akhirnya mereka sepakat untuk menjalani hubungan jarak jauh. 

Tak seperti Like Crazy, 10.000 KM hanya menampilkan karakter Sergi dan Alex saja sepanjang film berlangsung, sedangkan karakter lainnya hanya ditampilkan secara blur. Luckily, penampilan keren Natalie Tena dan David Verdageur sukses menghidupkan kedua karakter sentral dalam film ini. Percakapan kedua karakternya is still raw but real. It's so much fun listening to their conversation. Film ini juga hanya berlokasi di dua tempat; apartemen Sergi di Barcelona dan apartemen Alex di LA. Pada awal film kita disuguhkan pemandangan di apartemen Sergi lalu ketika hubungan jarak jauh dimulai, suguhan apartemen Alex juga ditampilkan. Saya suka dengan adegan ketika Alex memamerkan setiap bagian dari apartemen barunya kepada Sergi via Skype. Terlihat bagaimana mereka memanfaatkan teknologi yang ada sebaik mungkin; Skype, WhatsApp, Facebook, Google Maps dalam berkomunikasi jarak jauh. Hal tersebut tentunya terasa dekat dengan kita (apalagi saya sendiri yang mengalaminya saat ini ^.^). Tiap adegan ketika Alex dan Sergi skype-an cukup menghibur, namun tak jarang juga awkward bahkan sedih. Adegan dimana Alex dan Sergi menari bersama lewat skype adalah salah satu adegan yang cukup emosional. Sedangkan momen dimana mereka menjalani dinner romantis via monitor masing-masing terlihat indah, namun juga memilukan. Salah satu awkward moment ketika mereka melakukan cyber-sex dalam scene yang lucu, erotic sekaligus mungkin menyedihkan dan sedikit frustasi. Melihat reaksi Alex yang terlihat jelas melalui ekspresinya ketika melakukan cyber-sex tersebut making me understand her feeling well. Yeah, momen-momen tersebut menjadi gambaran bahwa sehebat apapun kemajuan teknologi yang ada takkan bisa menggantikan sentuhan fisik yang nyata.

Lewat teknologi, mereka mencoba tetap saling mencintai namun seiring berjalannya waktu hal tersebut tidaklah mudah.  Pada satu waktu bahkan Sergi mengatakan 'Can we talk about something else that isn't our relationship?'. Ujian terus berdatangan menguji hubungan jarak jauh mereka. Konflik pun kerap bermunculan. Tentu saja faktor krusial yang membuat konflik terjadi tak lain karena jarak yang jauh sehingga kerap kali bagi pasangan LDR akan muncul perasaan yang tidak mengenakkan, ketidakpercayaan yang berdampak curiga satu sama lain dan sebagainya. Dan seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa menjalin hubungan jarak jauh bukanlah hal yang mudah. Banyak aral merintang walaupun setiap saat bisa berkomunikasi melalui berbagai cara, tapi tetap saja akan berbeda rasanya dengan bertemu secara langsung.

Sayangnya, film ini tidak memberikan saran atau kesimpulan apapun kepada penontonnya sehingga kita sendirilah yang harus mencari solusi yang terbaik ketika menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Dan endingnya.. Apakah setiap pasangan yang LDR akan berakhir seperti itu? Ah, saya jadi takut sendiri membayangkan hal tersebut terjadi pada saya dan pasangan saya :'(




Title: 10.000 KM / Long Distance | Genre: Comedy, Drama, Romance | Director: Carlos Marques-Marcet | Release: 16 May 2014 | Duration: 99 Minutes | Country: Spain | Language: Spanish, Catalan, English | Cast: Natalie Tena, David Verdageur | IMDb | Rotten Tomatoes













Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png