The Bothersome Man (2006)
Andreas (Trond Fausa Aurvag), lelaki berusia 40 tahun, turun dari bus dan tiba di sebuah tempat antah berantah, tanpa ingat sedikit pun kenapa dia bisa tiba di tempat tersebut. Lalu dia dibawa ke sebuah kota dan segera diberi pekerjaan, sebuah rumah dan mendapatkan seorang pacar, Anne Britt (Petronella Barker) di kota baru tersebut. Kota yang bersih, efisien dengan orang-orang yang ramah dan selalu tersenyum, malah membuat Andreas merasa tidak nyaman. Dia merasa ada sesuatu yang salah tentang kota ini. Dunia baru di kota yang dia diami tersebut sama sekali tanpa emosi. Orang-orang hanya terobsesi dengan dekorasi interior di pesta makan malam yang aneh, Andreas bahkan tidak mabuk meski telah minum banyak, makanan sama sekali tanpa rasa, sex pun tidak senikmat yang dipikirkannya. Merasa tidak bahagia dan frustasi, dia pun melakukan affair dengan teman sekantornya, Ingeborg (Birgitte Larsen). Namun hal itu tak juga membuatnya merasa lebih baik. Andreas merasa hidupnya yang sempurna tersebut hampa. Dia bertanya-tanya dimana dia sebenarnya berada? Andreas bertekad untuk melarikan diri, tetapi tidak menemukan ada jalan keluar dari kota tersebut. Akhirnya ia bertemu Hugo (Per Schaaning), yang menemukan celah di dinding ruang bawah tanah miliknya. Suara musik yang indah terdengar dari celah tersebut. Mungkinkah suara tersebut mengarah ke dunia lainnya? Sebuah rencana baru untuk melarikan diri pun akhirnya muncul di benak Andreas.
Film ini dibuka dengan scene Andreas berdiri di platform kereta api bawah tanah dengan wajah kelihatan tidak bahagia. Yang didengarnya hanyalah suara ciuman sepasang kekasih tak jauh dari tempat dia berdiri. Adegan ini berlangsung sekitar satu menit lebih. Karena tidak sanggup lagi, dia pun melompat ke platform. Setelah itu adegan pun berganti ke kehidupan baru Andreas yang tampak sangat sempurna, namun dia sendiri merasa hampa dan kosong. Seketika kita pun jadi bertanya-tanya, apakah Andreas sedang berada di akhirat ataukah dia terjebak dalam mimpi buruknya sendiri? Jika memang dia berada di akhirat, maka akhirat tersebut adalah tempat tanpa takut, tanpa kemiskinan, tidak ada gairah besar, tidak ada makanan yang enak, tidak ada sukacita, orang hidup bahagia bebas dari kemiskinan, penderitaan atau kematian, dimana semuanya tertata rapi dan menyenangkan. Andreas sama sekali tidak bisa keluar dari dunia ini meski telah berusaha bunuh diri berkali-kali. Dia terjebak di dunia tersebut dan tak bisa kembali ke dunianya yang dulu.
Dengan plot cerita yang membingungkan dan penuh keabsurdan, buat sebagian orang film ini jadi terkesan sulit untuk dinikmati. Namun, film ini memiliki atmosfir yang hebat. Ya, Den Brysomme Mannen memang sebuah film black comedy surreal yang penuh dengan keabsurdan. Film ini sekilas mengingatkan saya pada Kontroll yang sama-sama menampilkan setting yang indah dengan simbol-simbol yang berbicara. Bahkan scene ketika Andreas berada di terowongan kereta api, persis seperti scene yang dilakukan Bulcsú di Kontroll. Lewat film ini, sang sutradara Jens Lien sepertinya ingin menyindir kita semua tentang gaya hidup saat ini, dimana kehidupan yang terlihat sempurna tersebut – khususnya untuk kaum konsumtif - sebenarnya hambar, kosong dan menghilangkan esensi sebenarnya tentang makna hidup, kehidupan sebelumnya yang pernah dijalani. Dengan sindiran satirnya tersebut, film ini penuh dengan kefrustrasian dan kesedihan, namun disajikan dengan bumbu komedi, lebih tepatnya black comedy sehingga terkadang tanpa sadar kita sebagai penonton menjadi cengar-cengir sendiri melihat beberapa adegan sindiran yang ditampilkan.
Trond Fausa Aurvaag–lah yang sukses menjadikan film ini semakin menarik. Dia adalah aktor yang tepat untuk memerankan karakter Andreas yang kebingungan dan bothersome. Petronella Barker dan Birgitte Larsen yang memerankan dua karakter sentral wanita di film ini, juga memainkan perannya dengan sangat bagus. Akhirnya, Den Brysomme Mannen merupakan sajian yang stylish, penuh sindiran satir lucu tentang efek dari masyarakat konsumtif saat ini.