Midnight Sun (2006)
(Maybe) Contain Spoiler!
Waktu awal-awal saya kecanduan internet sekitar 7-8 tahun lalu, saya pun mengenal sosok seorang penyanyi Jepang bernama Yui. Dari situ saya pun mengetahui bahwa dia pernah main film berjudul Taiyou no Uta. Waktu itu saya ingin sekali menonton film tersebut tetapi karena ketidaktahuan saya cara mendownload dan susah mencari DVD-nya, maka baru sekarang saya bisa menikmati film tersebut ketika saya kecanduan menonton film lagi setelah vakum lama. Jadi, inilah review singkat saya setelah saya berhasil menonton film berjudul Taiyou no Uta.
Taiyou no Uta yang diartikan Lagu Matahari ini berkisah tentang Kaoru Amane (Yui) yang menderita penyakit Xeroderma Pigmentosum (XP), suatu penyakit yang membuatnya tidak bisa terkena sinar matahari sehingga aktivitasnya nyaris semua dilakukan di malam hari. Kaoru bahkan tidak bersekolah dan teman satu-satunya hanyalah Misaki (Airi Toriyama). Pada malam hari biasanya Kaoru bermain gitar dan menciptakan lagu di sebuah taman. Sedangkan pada siang hari dia justru tidur. Hidupnya benar-benar berbeda seperti kebanyakan orang normal lainnya. Kegemaran lain Kaoru adalah menatap sekeliling melalui jendela kamarnya di lantai dua. Dari situlah dia melihat dunia luar yang tak bisa dirasakannya pada siang hari. Suatu hari ketika melihat ke luar lewat jendela kamarnya, pandangan Kaoru tertuju pada seorang pemuda di halte depan rumahnya. Kaoru seketika
jatuh hati pada pemuda yang ternyata bernama Koji Fujishiro (Takashi Tsukamoto) tersebut. Akhirnya Kaoru nekat memperkenalkan dirinya sendiri pada Koji. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah perasaan Kaoru akan terbalas?
Baiklah, complain pertama saya adalah durasinya terlalu lama, 119 menit. Paruh waktu pertama memang enjoy banget nontonnya tapi paruh waktu kedua, saya sempat ketiduran sebentar karena ceritanya mulai terasa cheesy. Dan seperti film dengan tema sama dimana karakter utamanya terkena penyakit mematikan, kita pun pasti sudah tahu seperti apa nantinya yang bakal terjadi pada karakter tersebut. Tapi, ini bukanlah film melodrama buatan Korea yang setiap adegannya pasti dibumbui adegan tear-jerking (yang membuat saya kadang jadi ngantuk menontonnya) dan karakter utamanya pasti terlihat sangat menyedihkan, Taiyou no Uta terlihat lebih realistis. Bahkan karakter Kaoru sekalipun tak terlihat menyedihkan atau harus dikasihani. Semangat pantang menyerahnya serasa menghidupkan suasana dalam film ini (dan ini juga yang membuat saya suka dengan film-film Jepang yang minim melodrama dan lebih menonjolkan semangat pantang menyerah). Walaupun ada kalanya terlihat karakter Kaoru juga hopeless tapi saya rasa hal itu wajar. Toh, pada akhirnya dia bersemangat lagi untuk mewujudkan impiannya.
Yui yang berperan sebagai Kaoru masih terlihat belum sepenuhnya total berakting. Sesekali terlihat dia malu-malu atau kikuk di depan kamera. Akting kerennya baru terlihat ketika dia beradegan memetik gitar dan menyanyi. Dan sepertinya Yui menyadari bahwa dirinya memang tidak bisa berakting. Saya pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa dia tidak akan pernah main film lagi dan Taiyou no Uta akan menjadi satu-satunya film yang dia bintangi. Keputusan yang bagus, Yui! Tetapi saya lupa tahun berapa saya membaca artikel tersebut karena setelah mengecek info tentang Yui, saya mendapati bahwa dia pernah menjadi bintang tamu dalam dorama Kaito Royale (2011). Melihat karakter Kaoru di sini sepertinya memang dibuat sesuai dengan diri Yui yang sebenarnya yang memang pemalu. Dan karakter Kaoru yang pemalu tersebut ternyata bisa nekat juga memperkenalkan dirinya sendiri pada Koji. "Amane Kaoru desu! 16sai desu! Kareshi wa imasen!" ("I'm
Amane Kaoru. I'm sixteen. I dont have a boyfriend."). Itulah kata-kata yang dilontarkan Kaoru pada Koji ketika memperkenalkan dirinya. Dan adegan tersebut sangat lucu dan menghibur. Sepertinya apa yang dilakukan Kaoru tersebut bisa jadi referensi juga buat berkenalan dengan para lelaki, nih! ^^
Kendati Yui sebagai pemain utama dalam film ini, namun saya menilai faktor pemain pendukungnyalah yang justru berhasil menghidupkan cerita dalam film ini. Takashi Tsukamoto yang berperan sebagai Koji salah satunya. Takashi Tsukamoto memang spesialis peran-peran yang lucu dan rada bego kayak Koji ini. Dan saya sedih dia selalu kebagian peran seperti itu terus padahal dia punya potensi yang cukup bagus dalam mengembangkan aktingnya :(.Ah, sebenarnya alasan utama saya menonton film ini juga karena ingin melihat Takashi Tsukamoto. Karakter Koji memang sangat menyenangkan dan loveable sehingga beberapa kali tercipta momen-momen lucu yang bisa membuat saya tersenyum melihatnya. Selain Takashi, Goro Kishitani dan Kuniko Asagi yang berperan sebagai orang tua Kaoru juga bermain bagus. Terutama Goro Kishitani, saya suka karakter yang dimainkan disini. Tak ketinggalan Airi Toriyama yang juga bermain lumayan bagus.
Ya, walaupun beberapa karakternya saya suka dan tema pantang menyerahnya bagus, tapi sayangnya saya memang tidak menikmati film ini sama sekali. Yeah, mungkin karena genrenya juga, sih! Jika saya menontonnya pada tahun film ini tayang, pasti saya yakin saya akan mengatakan bahwa film ini bagus dan recommended. Tapi sayangnya, saya menontonnya delapan tahun kemudian, sehingga saya sudah bosan dengan formula chessy yang terdapat dalam film ini. Begitu pun film ini tetap saya rekomendasikan untuk pecinta film romance dan tentu saja bagi Yui-lover. Bonusnya, Yui menyanyikan tiga buah lagunya di film ini yaitu Skyline, It's Happy Line dan Good-bye Days.
Baiklah, complain pertama saya adalah durasinya terlalu lama, 119 menit. Paruh waktu pertama memang enjoy banget nontonnya tapi paruh waktu kedua, saya sempat ketiduran sebentar karena ceritanya mulai terasa cheesy. Dan seperti film dengan tema sama dimana karakter utamanya terkena penyakit mematikan, kita pun pasti sudah tahu seperti apa nantinya yang bakal terjadi pada karakter tersebut. Tapi, ini bukanlah film melodrama buatan Korea yang setiap adegannya pasti dibumbui adegan tear-jerking (yang membuat saya kadang jadi ngantuk menontonnya) dan karakter utamanya pasti terlihat sangat menyedihkan, Taiyou no Uta terlihat lebih realistis. Bahkan karakter Kaoru sekalipun tak terlihat menyedihkan atau harus dikasihani. Semangat pantang menyerahnya serasa menghidupkan suasana dalam film ini (dan ini juga yang membuat saya suka dengan film-film Jepang yang minim melodrama dan lebih menonjolkan semangat pantang menyerah). Walaupun ada kalanya terlihat karakter Kaoru juga hopeless tapi saya rasa hal itu wajar. Toh, pada akhirnya dia bersemangat lagi untuk mewujudkan impiannya.
Kendati Yui sebagai pemain utama dalam film ini, namun saya menilai faktor pemain pendukungnyalah yang justru berhasil menghidupkan cerita dalam film ini. Takashi Tsukamoto yang berperan sebagai Koji salah satunya. Takashi Tsukamoto memang spesialis peran-peran yang lucu dan rada bego kayak Koji ini. Dan saya sedih dia selalu kebagian peran seperti itu terus padahal dia punya potensi yang cukup bagus dalam mengembangkan aktingnya :(.
Ya, walaupun beberapa karakternya saya suka dan tema pantang menyerahnya bagus, tapi sayangnya saya memang tidak menikmati film ini sama sekali. Yeah, mungkin karena genrenya juga, sih! Jika saya menontonnya pada tahun film ini tayang, pasti saya yakin saya akan mengatakan bahwa film ini bagus dan recommended. Tapi sayangnya, saya menontonnya delapan tahun kemudian, sehingga saya sudah bosan dengan formula chessy yang terdapat dalam film ini. Begitu pun film ini tetap saya rekomendasikan untuk pecinta film romance dan tentu saja bagi Yui-lover. Bonusnya, Yui menyanyikan tiga buah lagunya di film ini yaitu Skyline, It's Happy Line dan Good-bye Days.
Title: Taiyou no Uta / Midnight Sun / A Song to the Sun / タイヨウのうた
| Genre: Romance, Drama | Director: Norihiro Koizumi | Music: Yui | Release dates: June 17, 2006 | Running time: 119 min. | Language: Japanese | Cast: Yui, Takashi Tsukamoto, Kuniko Asagi, Goro Kishitani, Sogen Tanaka, Airi Toyama | IMDb
No comments:
Post a Comment