Amid the chaos of that day, when all I could hear was the
thunder of gunshots, and all I could smell was the violence in the air, I
look back and am amazed that my thoughts were so clear and true, that
three words went through my mind endlessly, repeating themselves like a
broken record: you’re so cool, you’re so cool, you’re so cool.
- Alabama -
Di hari ulang tahunnya, Clarence Worley (Christian Slater) pergi ke bioskop sendirian untuk menonton film kesukaannya. Dengan sengaja seorang gadis bernama Alabama Whitman (Patricia Arquette) menjatuhkan popcorn ke tubuh Clarence. Perkenalan pun terjadi. Mereka berdua menghabiskan malam bersama dan berakhir dengan one night stand. Esoknya, Alabama mengakui bahwa dia sebenarnya adalah wanita panggilan dan telah jatuh cinta dengan Clarence. Clarence yang ternyata juga menaruh hati pada gadis tersebut, akhirnya menikahinya. Namun Clarence harus berurusan dengan Drexl Spivey (Gary Oldman), sang germo. Karena suatu insiden, Clarence malah tanpa sengaja mencuri kokain dari Drexl. Dia lalu berencana menjualnya ke Hollywood dengan bantuan temannya yang seorang calon aktor, Dick Ritchie (Michael Rapaport). Namun, sang pemilik asli kokain tersebut mencoba merebut kembali barang miliknya tersebut.
Film dengan rating tinggi dan mendapat review positif dari para kritikus film, tentu akan sangat sayang untuk dilewatkan. Apalagi jika menilik jajaran para pemainnya yang terkenal dan telah malang melintang di dunia perfilman (walaupun kala film ini dibuat, para aktor tersebut mungkin belum menjadi terkenal seperti sekarang), semakin membuat rasa penasaran saya menjadi kuat untuk menyaksikan film berjudul True Romance ini. Dan tentunya karena naskah film ini ditulis oleh Quentin Tarantino yang notabene sukses melahirkan film-film bagus bermutu seperti Pulp Fiction, Kill Bill, Reservoir Dogs, Inglourious Basterds, Django Unchained dan yang paling terbaru: The Hateful Eight. Benarkah film True Romance ini sesuai harapan saya? Let's see!. Melihat judulnya, tentu penonton beranggapan bahwa ini adalah film romance yang berisi kisah cinta antara sepasang kekasih dengan segudang kata-kata cinta di dalamnya. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun Tarantino memolesnya dengan ciri khasnya sendiri yang membuat kisah cinta dalam film ini penuh dengan kekerasan, brutal, liar, sadis, kotor dengan sisipan dark humor ala Tarantino. True Romance yang menggabungkan crime, drama, romance, dan dark-comedy dalam satu paket komplit ini, aslinya ingin dibuat Tarantino dengan alur cerita non-linear (yang menjadi ciri khas Tarantino), namun sang sutradara Tony Scott malah membuatnya menjadi linear. Ah, sayang sekali!. Padahal saya yakin, jika dibuat dengan style andalan Tarantino, film ini akan keren sekali.
Mengusung tema dark comedy, True Romance tak jarang menyisipkan jokes yang 'pahit' namun mengundang decak tawa. Namun kebanyakan lelucon yang ada kurang mengena buat saya. Entahlah, mungkin saya gagal paham dengan lelucun-leluconnya. Selain itu, durasi yang panjang, nyaris dua jam, sempat membuat saya bosan di paruh awal film berlangsung. Keseruan mulai terasa di paruh kedua. Hingga akhirnya adegan paling sensasional di film ini membuat saya manggut-manggut sekaligus terhibur. Gaya khas seorang Tarantino terlihat jelas di adegan klimaks berisi baku tembak yang keren tersebut. Cepat dan nyaris tanpa jeda tanpa memberi kita waktu sejenak untuk berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi. Great job, Mr. Tarantino! Musiknya sendiri ditangani oleh Hans Zimmer yang memang terkenal menghasilkan soundtrack untuk banyak film.
Mengusung tema dark comedy, True Romance tak jarang menyisipkan jokes yang 'pahit' namun mengundang decak tawa. Namun kebanyakan lelucon yang ada kurang mengena buat saya. Entahlah, mungkin saya gagal paham dengan lelucun-leluconnya. Selain itu, durasi yang panjang, nyaris dua jam, sempat membuat saya bosan di paruh awal film berlangsung. Keseruan mulai terasa di paruh kedua. Hingga akhirnya adegan paling sensasional di film ini membuat saya manggut-manggut sekaligus terhibur. Gaya khas seorang Tarantino terlihat jelas di adegan klimaks berisi baku tembak yang keren tersebut. Cepat dan nyaris tanpa jeda tanpa memberi kita waktu sejenak untuk berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi. Great job, Mr. Tarantino! Musiknya sendiri ditangani oleh Hans Zimmer yang memang terkenal menghasilkan soundtrack untuk banyak film.
Dipilihnya Christian Slater untuk memerankan karakter Clarence Worley memang pilihan yang tepat. Aktor yang saya kenal pertama kali lewat perannya di film Broken Arrow yang kerap kali diputar ulang di televisi-televisi swasta kita ini memang pas dengan karakter Clarence yang diperankannya. Patricia Arquette yang kala itu masih menjadi newcomer ternyata juga pilihan yang tepat untuk perannya sebagai Alabama Whitman yang centil, penggoda namun sebenarnya kesepian. Sosoknya benar-benar mencuri perhatian. Apalagi melihat akting kerennya di salah satu scene ketika berhadapan dengan seorang gangster yang mengancam jiwanya. And I like that scene. Selain Slater dan Arquette, film ini juga didukung oleh para pemain hebat lainnya seperti Dennis Hopper, Gary Oldman, Christopher Walken, Michael Rapaport, Bronson Pinchot, Saul Rubinek, Val Kilmer, Samuel L. Jackson dan Brad Pitt. Sebagian para aktor tersebut belum menjadi bintang besar seperti sekarang ini.
Walau dihiasi dengan berbagai adegan kekerasan yang penuh dengan kata-kata kotor, True Romance sejatinya adalah film tentang cinta dan konsekuensi dari cinta tersebut. Dan Tarantino meramunya dengan sedikit berbeda dari kebanyakan film bertema romansa lainnya. Tapi sayang seribu sayang, saya benci endingnya. Tadinya saya berharap lebih dari endingnya yang mungkin akan berbeda dari kebanyakan film Hollywood tapi ternyata tidak. Dan saya sepertinya harus menyalahkan Tony Scott yang seenaknya mengubah endingnya (versi Tarantino aslinya tidak demikian endingnya dan sepertinya mungkin sesuai ekspektasi saya). Dan apakah film ini sesuai ekspektasi saya? Hmm.. sejujurnya tidak. Film ini cukup bagus tetapi saya tidak terhibur - kecuali dua scene keren di film ini yang saya sebutkan sebelumnya. Well, True Romance is not my cup of tea. Film yang mungkin akan langsung lenyap dari ingatan saya begitu saya selesai menontonnya. Overrated.
Walau dihiasi dengan berbagai adegan kekerasan yang penuh dengan kata-kata kotor, True Romance sejatinya adalah film tentang cinta dan konsekuensi dari cinta tersebut. Dan Tarantino meramunya dengan sedikit berbeda dari kebanyakan film bertema romansa lainnya. Tapi sayang seribu sayang, saya benci endingnya. Tadinya saya berharap lebih dari endingnya yang mungkin akan berbeda dari kebanyakan film Hollywood tapi ternyata tidak. Dan saya sepertinya harus menyalahkan Tony Scott yang seenaknya mengubah endingnya (versi Tarantino aslinya tidak demikian endingnya dan sepertinya mungkin sesuai ekspektasi saya). Dan apakah film ini sesuai ekspektasi saya? Hmm.. sejujurnya tidak. Film ini cukup bagus tetapi saya tidak terhibur - kecuali dua scene keren di film ini yang saya sebutkan sebelumnya. Well, True Romance is not my cup of tea. Film yang mungkin akan langsung lenyap dari ingatan saya begitu saya selesai menontonnya. Overrated.
Title: True Romance | Genre: Crime, Drama, Romance, Dark-Comedy | Director: Tony Scott | Screenplay: Quentin Tarantino | Music: Hans Zimmer | Cinematography: Jeffrey L. Kimball | Release dates: September 10, 1993 | Running time: 118 minutes | Country: United States | Language: English | Cast: Christian Slater, Patricia Arquette, Dennis Hopper, Val Kilmer, Gary Oldman, Brad Pitt, Christopher Walken, Michael Rapaport, Bronson Pinchot | IMDb | Rotten Tomatoes
2 comments:
Rasanya, selain Mobsters (1991) dan Kuffs (1992),
film True Romance ini adalah salah satu film lawasnya Slater
yang jadi favorit aku.
Terutama ketika scene tentang "asal-usul orang Sicilia",
dan ketika Patricia Arquette menjerit, "Baby!"
(saat karakter yang diperankan Slater itu terluka).
Tapi tak tahulah, sejumlah moviegoers yang aku kenal,
ternyata (sama seperti kau) juga kurang menyukai film ini.
Anyway,
teruslah membuat ulasan-ulasan film yang non-mainstream,
atau tentang film-film lawas yang mungkin mulai terlupakan.
Mungkin jika Tarantino sendiri yang menyutradarai film ini, bisa jadi saya akan menyukai film ini karena mungkin endingnya akan berbeda.
Okay, thanks anonymous for the advice. Next time please write down your name if you wanna give comment :). It's weird calling you anonymous.
Post a Comment