September 06, 2016

Don't Breathe (2016)


Don't Breathe (2016)

Tensi Menyesakkan Tanpa Jeda




 






Warning: Maybe Contain Spoiler!

Money (Daniel Zovatto), Rocky (Jane Levy) dan Alex (Dylan Minnette) adalah tiga kriminal kelas rendah yang suka membobol rumah-rumah orang kaya. Mereka hanya mencuri uang atau barang yang nilainya tak lebih dari 10.000 dolar. Aksi mereka selalu berhasil dengan aman berkat bantuan 'tidak langsung' dari ayah Alex yang merupakan pemilik dari perusahaan keamanan. Tujuan mereka merampok tak lain karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Seorang veteran perang tuna netra (Stephen Lang) menjadi target perampokan mereka selanjutnya. Konon pria tua buta yang hanya tinggal bersama anjing penjaganya tersebut menyimpan ribuan dolar di rumahnya. Aksi mereka kelihatannya akan berjalan dengan mulus, namun ternyata mereka tidak menyadari ada teror yang akan menghampiri mereka. 

Honestly, this became my first time watching alone in theater. Alasannya, - tidak ada yang bisa diajak nonton bareng - saya ingin merasakan sensasi menonton film thriller horror di bioskop sendirian. Dan apa yang saya dapat? I really enjoy it so much. Tepat sekali saya memilih film ini, karena sesuai judulnya, film ini nyaris tidak memberikan kesempatan untuk penontonnya menghela nafas barang sejenak. Pria buta yang disangka lemah tersebut ternyata sosok yang penuh dengan kejutan dan bisa berubah menjadi monster mengerikan yang setiap saat bisa saja menghabisi para perampok kecil tersebut hanya dengan mendengar desahan nafas mereka semata. Teror demi teror mencekam dari sang pria buta tersebut terus menerus menghujam ketiga perampok kelas teri tersebut.

Don't Breathe memang konsisten menebar teror penuh ketegangan sepanjang film berlangsung. Kejutan demi kejutan penuh ketegangan akan diberikan tanpa henti. Baru saja kita sedikit bisa bernafas lega, tiba-tiba sudah dikejutkan lagi dengan sesuatu yang tidak akan kita sangka. Thriller home invasion non-stop ini benar-benar membuat jump scare moment nyaris sepanjang film. Fede Alvares, selaku sang sutradara seolah tak memberikan kesempatan penontonnya untuk bernafas. Dan itu sungguh menyesakkan. Bersetting hampir sebagian besar hanya berkutat di dalam rumah dengan kesunyian yang mendominasi, menambah aura ketegangan film ini. Nuansa klaustrofobia begitu terasa tatkala adegan lampu dimatikan dan berubah ke dalam night vision mode. Adegan kejar-kejaran ala cat and mouse di ruangan gelap tersebut benar-benar memaksa kita sebagai penonton untuk menahan nafas panjang. Kegelapan yang telah menjadi dunia sang pria tua buta tentu menjadi hal yang mudah baginya ketika harus 'bertarung' dengan para perampok tersebut dalam ruangan yang gelap dan sempit. Pendengarannya pun telah terasah  dengan baik, sehingga setiap detail bunyi menjadi petunjuk baginya untuk menemukan keberadaan targetnya. Sensasi mengerikan dan mencekam memang begitu terasa dalam adegan yang penuh kegelapan tersebut. Kita sebagai penonton seolah diajak untuk merasakan sensasi dalam sebuah ruangan gelap penuh kesunyian mencekam tersebut. 

Tak hanya teror dari sang pria buta yang terus menghantui, anjing penjaga milik sang pria tua tersebut juga tak kalah menebar ancaman yang mematikan bagi siapa saja yang mengganggu pemiliknya. Dan sejujurnya, hal ini justru lebih menakutkan bagi saya. Apalagi bagi anda yang fobia anjing, anda harus berhati-hati karena bisa dipastikan anda akan merasakan kadar ketegangan dan kengerian yang menjadi berlipat ganda ketika menonton film ini. Dan atmosfir tegang yang mencekam akan semakin terasa dengan balutan scoring garapan Roque Baños dan sinematografi dari Pedro Luque. Namun, di tengah ketegangan yang kerap hadir sepanjang film, ada error yang sedikit mengganggu dan menimbulkan tanda tanya bagi saya yaitu bagaimana cara sang pria tua buta tersebut melepaskan borgol di tangannya dan mengapa obat bius yang diberikan padanya tidak berpengaruh sama sekali?. Tetapi Alvares begitu pintar menutupi error tersebut dengan mengisinya dengan adegan-adegan menegangkan penuh twist yang membuat sesak nafas tanpa jeda, sehingga kita nyaris tak diberikan waktu berpikir lama-lama tentang kesalahan kecil tersebut. 

Stephen Lang jelas amat sangat memukau dalam memerankan karakter sang pria tuna netra yang tak bisa dipandang sebelah mata tersebut. Jane Levy, Dylan Minnette, dan Daniel Zovatto sebenarnya terlihat biasa saja, namun berkat racikan hebat dari Alvarez, akting mereka jadi lebih baik ketika memerankan karakter-karakter yang memang pas untuk mereka tersebut dan bisa menutupi segala kekurangan yang ada. Berbicara soal karakter-karakternya, tidak ada karakter yang benar atau salah di sini. Semuanya abu-abu. Saya tidak akan bersimpati dengan para perampok kelas teri tersebut. Namun, saya juga tidak bisa mendukung perbuatan yang dilakukan oleh sang pria buta tersebut. Saya nyaris ingin memberikan rating sempurna untuk film ini jika saja endingnya tidak seperti film kebanyakan dimana karakter utama akan survive setelah mengalami peristiwa yang mematikan. Ya, saya mengharapkan karakter Rocky mengalami nasib yang sama seperti kedua rekannya. Atau setidaknya Rocky masuk penjara karena perbuatannya tersebut. Atau semua karakter dalam film ini mati. Tapi sayangnya, Alvarez ingin cepat-cepat menyudahi film ini dengan akhir cerita yang membuat penontonnya dapat bernafas lega. Sayang sekali!  








Title: Don't Breathe | Genre: Thriller, Horror | Director: Fede Alvarez | Music: Roque Baños | Cinematography: Pedro Luque | Release dates: March 12, 2016 (SXSW), August 26, 2016 (United States) | Running Time: 88 Minutes | Country: United States | Language: English | Cast: Jane Levy, Dylan Minnette, Daniel Zovatto, Stephen Lang | IMDb | Rotten Tomatoes







 







2 comments:

download Film HD said...

penasaran blm nonton film ini
bnyak yg bilang seru

Radira said...

Memang seru. Ayo di tonton :D

Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png