January 12, 2013

Swing Girls (2004)

Rewatched


Swing Girls (2004)






Swing Girls (2004) 
Suwingu gâruzu
Drama | Comedy | Music
Director: Shinobu Yaguchi
Release Date: September 11, 2004
Runtime: 105 min.
Language: Japanese
Country: Japan

Cast:
Juri Ueno
Rewatched 8 January 2013


Pertama kali menonton film ini tahun 2011 lalu, saya jadi langsung suka. Bahkan saya yang tadinya tidak begitu suka melihat Ueno Juri gara-gara perannya di Rainbow Song dan Summer Time Machine Blues, langsung berubah suka. Setelah saya pikir-pikir lagi, ternyata memang saya lebih suka jika Juri mendapat karakter yang lucu seperti Tomoko di Swing Girls ini atau Nodame di Nodame Cantabile.

 

Swing Girls bercerita tentang tiga belas siswi SMU Yamakawa yang harus mengikuti kelas matematika tambahan saat liburan musim panas untuk memperbaiki nilai mereka yang buruk. Suatu hari ketika di kelas, Tomoko (Ueno Juri) melihat dengan pandangan iri rombongan musik brass sekolah mereka yang berangkat dengan bis mewah untuk memberi semangat tim baseball yang sedang bertanding. Karena keterlambatan pengantar makan siang untuk para rombongan tersebut, Tomoko malah berinisiatif mengajak teman-teman sekelasnya untuk mengantar makanan tersebut. Sebenarnya alasan utamanya karena mereka ingin bolos dari pelajaran matematika yang membosankan. Bahkan sang guru pun, Ozawa (Naoto Takenaka), sebenarnya ogah-ogahan juga mengajar ditengah panas yang menyengat di musim panas ini.

 

Karena kecerobohan para siswi yang mengantar makanan tersebut, semua anggota musik brass keracunan dan masuk rumah sakit. Satu-satunya yang selamat hanya Nakamura (Hiraoka Yuta). Karena tidak ada pemain brass untuk pertandingan berikutnya, Nakamura pun memaksa 13 siswi kelas matematika tersebut untuk bergabung dalam musik brass. Selain mereka, ada dua orang siswi mantan anggota band dan seorang siswi lainnya bernama Sekiguchi (Yuika Motokariya) yang ikut bergabung. Jadilah mereka membentuk format baru, grup Big Band Jazz.


Jelas, bukan hal yang mudah bagi Nakamura untuk mengajarkan para anggota baru tersebut memainkan alat musik yang sama sekali belum pernah mereka mainkan, bahkan mungkin belum pernah mereka lihat atau sentuh sebelumnya. Di sinilah kita akan melihat perjuangan keras mereka berlatih dari nol hingga bisa. Hal-hal seperti inilah yang saya suka dari film-film negeri sakura ini, semangat dan usaha pantang menyerahnya itu.


Shinobu Yaguchi yang dikenal lewat film Waterboys, kali pun tetap mengusung tema komedi untuk filmnya. Ketika di Waterboys bercerita tentang para siswa yang berlatih renang indah, di Swing Girls bercerita tentang para siswi yang berlatih alat musik untuk membentuk grup musik Big Band beraliran Jazz.

 

Hebatnya, para pemain dalam film ini benar-benar asli memainkan alat musik mereka tanpa bantuan efek apapun atau tanpa pemain musik pengganti. Dan mereka benar-benar belajar dari nol, sama seperti karakter dalam film mereka. Untuk itu, mereka diganjar dengan latihan keras selama berbulan-bulan. Hasilnya, bisa kita nikmati sendiri dalam film Swing Girls ini. 

 

Lewat film inilah, asal mulanya Juri dikenal luas berkat aktingnya yang gemilang. Lalu Yuta yang tampangnya masih sangat culun di film ini. Awal pertama menonton film ini, saya melihatnya biasa saja tapi setelah saya menonton doramanya Daisuki!!, saya langsung suka dengan tampang manisnya. Selain di Swing Girls, Yuta mendapat karakter lugu lainnya di dorama Water Boys Summer, setahun setelah film ini dibuat.



Sepertinya lewat film inilah, awal mula Juri bermain dengan Naoto Takenaka sebelum main bersama lagi di Nodame Cantabile. Memang, aktor gaek satu ini paling bisa berperan sebagai apapun. Kali ini dia berperan sebagai seorang guru yang karakternya sebenarnya kocak dan sangat menyukai musik jazz.


Setelah menonton ulang, ternyata saya baru sadar kalau pemeran Yoshie adalah Kanjiya Shihori yang saya benci karakternya di dorama Love Shuffle. Tapi begitu melihat aktingnya di dorama Buzzer Beat saya langsung suka dan mengingatkan saya bahwa di Buzzer Beat dan Swing Girls, karakternya sama-sama memainkan alat musik tiup. Begitu juga dengan pemeran Sekiguchi yang tak lain adalah si Ueda Tomoyo di dorama Sekai no Chuushin de, Ai wo Sakebu yang diperankan oleh Yuika Motokariya.

 

Tapi, karakter favorit saya adalah Naomi yang diperankan oleh Yukari Toyoshima. Karakternya yang lucu dan suka makan tapi tetap takut gemuk serta cuek ini, membuat saya selalu tertawa terbahak-bahak melihatnya. Yang paling kocak tentu saja ketika dia dikejar babi hutan dan malah babi hutan tersebut yang mati tertindih badannya.

  
 

Adegan kejar-kejaran dengan babi hutan dengan adegan slow motion dan back sound lagu "What a wonderful world" itu memang adegan favorit saya yang sukses membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Selain itu, adegan lucu lainnya adalah ketika Yoshie dan teman-temannya yang lain mencium manekin pria di lift.

 

Lagu-lagu yang dimainkan dalam film ini diantaranya "In the Mood" by Gleen Miller Orchestra (dimainkan ketika berjalan melewati apartemen), "Moonlight Serenade" by Glenn Milller (lagu pertama yang dimainkan di konser final), "Mexican Flyers" by Ken Woodman (lagu kedua yang dimainkan di konser final), "Sing Sing Sing with a Swing" by Benny Goodman (lagu final).

 

Jadi, buat yang mencari hiburan segar nan kocak, Swing Girls bisa jadi salah satu alternatif bagus untuk ditonton. Dan mungkin saja anda akan tertarik atau jadi suka dengan musik jazz gara-gara menonton film ini. Atau, malah tertarik ingin mencoba bermain alat musik.


7 comments:

ermita windya said...

Apa judul lagu waktu mereka main di depan supermarket?

Anonymous said...

Saya bantu jawab ya, judulnya Make Her Mine by Hipster Image

Muhammad Nur Ihsan X-IPS 3 said...

Klo yg oke kacamata namanya siapa min

Unknown said...

Yang pakai kaca mata namanya Yuika Motokariya.

Unknown said...

Harusnya ceritanya gak terlalu bertele-tele di awal. Misalnya adegan membersihkan diri di sungai, panik karena kelewatan stasiun dan adegan seluruh pemain brass band mual di stadion dibuang aja. Cukup digambarkan bahwa mereka tahu-tahu tiba di stasiun akhir dan para pemain brass berlarian ke arah toilet aja udah cukup. Waktu yang terbuang di 3 adegan tadi bisa dipakai buat menjabarkan lagi proses Tomoko dkk belajar main alat musiknya. Sekalian digambarkan juga proses si pak guru matematikanya waktu belajar saxophone sampai bisa. Ini kesannya jadi kayak mereka gak bisa tapi tiba-tiba bisa.

Kalau saja 3 adegan itu gak ada, film ini pasti jadi jauh lebih bagus. Komedi dan plotnya secara keseluruhan soalnya udah menarik banget.

Unknown said...

Lagu penutup filmnya judulnya apa ya itu yg bhs inggris

Anonymous said...

Lagu jaz yang terakhir sebelum bacaan apa judulnya ya min??
Tolong bantu ya😊

Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png