A Cube of Sugar (2011)
Sebagai anak bungsu dalam keluarga besarnya, Pasandideh (Negar Javaherian) terkenal sebagai gadis baik, penurut dan penyayang keluarganya. Dia selalu bisa diandalkan untuk mengurus ibu, paman dan bibinya. Beberapa hari lagi dia akan menikah dengan seorang pria yang tinggal di luar negeri. Kakak-kakaknya beserta para suami dan anak-anak mereka masing-masing datang untuk membantu menyiapkan acara pernikahan adik bungsunya tersebut.
Satu kata setelah selesai menonton film ini: menyesal! Ya, saya
menyesal! Menyesal kenapa baru sekarang menontonnya! Film ini begitu
memikat hati saya. Saya benar-benar jatuh cinta dengan film ini. Setiap
adegan di dalam film ini begitu berkesan dan membuat saya sangat
menikmatinya sekali. Seyyed Reza Mir-Karimi sebagai sang sutradara begitu pintar meramu film ini sedemikian rupa. Bersetting di sebuah rumah tua yang besar di pedesaan lengkap
dengan kolam dan kebun buah-buahan di sebuah kota tua di Iran, suasana harmonis keluarga besar Pasandideh seolah membuat kita ingin bergabung dengan mereka di rumah tersebut. Rumah tersebut merupakan milik paman
Ezzatolah (Saeed Poursamimi), kepala keluarga dan yang dituakan di keluarga tersebut. Untuk setting rumahnya sendiri ternyata sengaja dibuat sedemikan rupa oleh para kru film karena tidak ditemukan desain rumah yang sesuai dengan keinginan sang sutradara.
Suasana keakraban keluarga besar yang tengah berkumpul karena akan adanya hajatan besar menjadi pemandangan yang pasti tidak asing kita temui juga di tengah-tengah masyarakat kita, terutama di daerah pedesaan. Terlihat para wanita sibuk memasak, menjahit bahkan menggosip. Sedangkan para pria saling mengobrol tentang kehidupan mereka masing-masing terutama tentang istri mereka. Lalu yang remaja akan sibuk dengan gadget mereka dan terlihat sibuk dengan diri mereka masing-masing dan tidak peduli dengan sekeliling. Anak-anak tentu saja asik bermain, berlarian ke sana kemari. Suasana seperti itu diperlihatkan Reza Mir-Karimi dengan sangat baik. Itulah mengapa saya katakan bahwa kita sebagai penonton seakan ingin membaur bersama dengan keluarga Pasandideh tersebut dan menjadi salah satu bagian dari mereka. Semua terlihat bahagia dan kita pun seakan larut dalam kebahagiaan yang mereka rasakan - walaupun sebenarnya ada juga sedikit hal-hal yang kurang membahagiakan namun tetap tidak merusak mood kebahagiaan tersebut. Saya jadi merasa seperti sedang menonton dokumenter keluarga yang akan mengadakan acara pernikahan ketimbang menonton film yang penuh dengan script dan akting. Ya, itulah hebatnya Reza Mir-Karimi mengarahkan tiap pemain di film ini untuk berakting sebaik mungkin, mulai dari pemain yang sudah punya nama besar hingga pemain anak-anak yang amatiran; semuanya bermain dengan sangat bagus. Menariknya, tak ada karakter yang paling menonjol disini, semua mendapat jatahnya masing-masing dengan porsi yang pas.
Namun, anda jangan membayangkan kebahagiaan berlangsung sepanjang film ini. Tidak! Seperti halnya kehidupan, ada kebahagiaan tentu juga akan ada kesedihan. Seperti judulnya sendiri 'A Cube of Sugar', kehidupan itu tidaklah terus-terusan 'semanis gula', namun justru itulah warna-warni kehidupan. Paruh kedua film ini berlangsung, memang atmosfir yang tadinya ceria berubah seketika. Dan lagi-lagi kita sebagai penonton dipaksa untuk ikut andil merasakan apa yang terjadi pada keluarga besar tersebut. Cepat, nyaris tanpa diberi jeda waktu sedikit pun untuk menghela nafas memahami keadaan yang tiba-tiba berubah 360 derajat tersebut. Ah, sudahlah saya tidak mau membeberkan lebih detail lagi, takut spoiler. Lebih baik anda menonton saja sendiri. Akhirnya saya hanya ingin mengatakan bahwa saya jatuh cinta dengan film A Cube of Sugar ini. Jatuh cinta dengan ceritanya, dengan para pemainnya, dengan sinematografinya, dengan musiknya, dengan kostumnya, ah pokoknya semua yang ada di film ini. Dan A Cube of Sugar telah menjadi salah satu film Iran favorit saya. Mungkin saya akan menonton film ini lagi nantinya untuk menikmati kembali suasana keakraban keluarga besar Pasandideh. Recommended!
Suasana keakraban keluarga besar yang tengah berkumpul karena akan adanya hajatan besar menjadi pemandangan yang pasti tidak asing kita temui juga di tengah-tengah masyarakat kita, terutama di daerah pedesaan. Terlihat para wanita sibuk memasak, menjahit bahkan menggosip. Sedangkan para pria saling mengobrol tentang kehidupan mereka masing-masing terutama tentang istri mereka. Lalu yang remaja akan sibuk dengan gadget mereka dan terlihat sibuk dengan diri mereka masing-masing dan tidak peduli dengan sekeliling. Anak-anak tentu saja asik bermain, berlarian ke sana kemari. Suasana seperti itu diperlihatkan Reza Mir-Karimi dengan sangat baik. Itulah mengapa saya katakan bahwa kita sebagai penonton seakan ingin membaur bersama dengan keluarga Pasandideh tersebut dan menjadi salah satu bagian dari mereka. Semua terlihat bahagia dan kita pun seakan larut dalam kebahagiaan yang mereka rasakan - walaupun sebenarnya ada juga sedikit hal-hal yang kurang membahagiakan namun tetap tidak merusak mood kebahagiaan tersebut. Saya jadi merasa seperti sedang menonton dokumenter keluarga yang akan mengadakan acara pernikahan ketimbang menonton film yang penuh dengan script dan akting. Ya, itulah hebatnya Reza Mir-Karimi mengarahkan tiap pemain di film ini untuk berakting sebaik mungkin, mulai dari pemain yang sudah punya nama besar hingga pemain anak-anak yang amatiran; semuanya bermain dengan sangat bagus. Menariknya, tak ada karakter yang paling menonjol disini, semua mendapat jatahnya masing-masing dengan porsi yang pas.
Namun, anda jangan membayangkan kebahagiaan berlangsung sepanjang film ini. Tidak! Seperti halnya kehidupan, ada kebahagiaan tentu juga akan ada kesedihan. Seperti judulnya sendiri 'A Cube of Sugar', kehidupan itu tidaklah terus-terusan 'semanis gula', namun justru itulah warna-warni kehidupan. Paruh kedua film ini berlangsung, memang atmosfir yang tadinya ceria berubah seketika. Dan lagi-lagi kita sebagai penonton dipaksa untuk ikut andil merasakan apa yang terjadi pada keluarga besar tersebut. Cepat, nyaris tanpa diberi jeda waktu sedikit pun untuk menghela nafas memahami keadaan yang tiba-tiba berubah 360 derajat tersebut. Ah, sudahlah saya tidak mau membeberkan lebih detail lagi, takut spoiler. Lebih baik anda menonton saja sendiri. Akhirnya saya hanya ingin mengatakan bahwa saya jatuh cinta dengan film A Cube of Sugar ini. Jatuh cinta dengan ceritanya, dengan para pemainnya, dengan sinematografinya, dengan musiknya, dengan kostumnya, ah pokoknya semua yang ada di film ini. Dan A Cube of Sugar telah menjadi salah satu film Iran favorit saya. Mungkin saya akan menonton film ini lagi nantinya untuk menikmati kembali suasana keakraban keluarga besar Pasandideh. Recommended!
Title: A Cube of Sugar / Ye Habe Ghand | Genre: Drama, Family | Director: Seyyed Reza Mir-Karimi | Cinematography: Hamid Khozouie Abyaneh | Release dates: 8 October 2011 (BIFF) | Running time: 116 minutes | Country: Iran | Language: Persian | Cast: Negar Javaherian, Farhad Aslani, Saeed Poursamimi, Rima Raminfar, Puneh Abdolkarim-Zadeh, Amir Hossein Arman, Shamsi Fazlollahi | IMDb
2 comments:
gak tau kenapa aku juga seneng banget nonton film2 middle east.
baxak culture sana dan keeratan antar anggota keluarga yg bikin q seneng.
Nah, kalo gitu harus wajib nonton film ini! Recommended deh pokoknya!
Post a Comment