Showing posts with label Teruyuki Kagawa. Show all posts
Showing posts with label Teruyuki Kagawa. Show all posts

January 20, 2013

Memories of Matsuko (2006)


Memories of Matsuko (2006)








Memories of Matsuko (2006)
Kiraware Matsuko no isshô
 Comedy | Drama | Musical

Director: Tetsuya Nakashima
Release Date: May 27, 2006
Runtime: 130 min.
Language: Japanese
Country: Japan

Cast:
Miki Nakatani
Eita
Yusuke Iseya
Teruyuki Kagawa
Mikako Ichikawa
Asuka Kurosawa
Akira Emoto


Watched : 15 January 2013



"Every little girl dreams of being snow white, Cinderella, of living in a fairy tale..
then we wake up one day and see our white swan has become a black crow..
one life is all we get, if it's a fairy tale, it's a cruel one.."




Kehidupan Sho (Eita) sangat menyedihkan tatkala dia diputuskan pacarnya yang mengatakan bahwa hidup bersamanya sangat membosankan dan tak berarti. Lalu sang ayah, Norio Kawajiri (Teruyuki Kagawa), tiba-tiba datang dan mengetahui bahwa hidup Sho memang kacau balau selama dua tahun tinggal di Tokyo untuk menjadi seorang musisi. Kedatangan sang ayah tak lain untuk meminta bantuannya membersihkan apartemen kakak tertuanya, Matsuko (Miki Nakatani), yang meninggal. Sho sendiri tidak tahu bahwa dia mempunyai seorang bibi bernama Matsuko. Ayahnya lalu menceritakan bahwa Matsuko pergi meninggalkan rumah 30 tahun yang lalu. Bahkan beliau mengatakan bahwa hidup Matsuko meaningless.


Ketika Sho membersihkan apartemen Matsuko, sedikit banyak Sho menjadi penasaran seperti apa bibinya itu semasa hidup. Lalu, berdasarkan cerita orang-orang terdekat yang mengenal Matsuko, Sho jadi tahu tentang kehidupan masa lalu Matsuko. Bahkan Sho merasa bahwa hidupnya mirip dengan kisah sang bibi.


Lewat sajian alur maju mundur, Memories of Matsuko, yang sesuai dengan judulnya tersebut memang mengisahkan kehidupan seseorang bernama Matsuko dari kecil hingga dia meninggal. Pahit getir kehidupan disajikan dalam perjalanan hidup seorang Matsuko. Dengan tata sinematografi yang indah dan cantik serta iringan musik dan lagu yang bagus, film musikal ini mampu membuat betah menontonnya dalam durasi yang panjang, 130 menit. Saya tertipu mentah-mentah dengan posternya yang colorful. Tadinya saya menganggap film ini akan menyajikan hal-hal yang indah dan menyenangkan, tapi ternyata justru sebaliknya. Kendati demikian, film ini tidak disajikan secara kelam melainkan penuh warna dan ceria dengan sedikit humor di dalamnya.


Menonton film ini jadi membuat kita berpikir keras tentang arti kehidupan itu sendiri. Untuk apa kita hidup? Apa arti hidup itu sesungguhnya? Apakah hidup kita sudah bermakna, baik untuk diri sendiri atau pun untuk orang lain? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti muncul dalam benak kita ketika kita menonton film ini. Lantas kita pun akan disajikan berbagai hal yang memang pasti ada dalam dunia nyata, sehingga semua pertanyaan tadi hanya kita lah yang bisa menjawabnya sendiri. Kita bahkan tidak tahu siapa yang harus disalahkan atas semua kejadian yang terjadi dalam cerita di film ini. Kisahnya begitu real dan bisa terjadi pada siapa saja. Kenyataan memang tak pernah seindah mimpi.


Tidak seperti kebanyakan film musikal yang pernah saya tonton, Memories of Matsuko dapat menyeimbangkan porsi dalam cerita dan musik dengan sangat bagus dan tepat. Sisipan dark humornya juga tidak berlebihan. Tetsuya Nakashima, yang sebelumnya saya kenal karyanya lewat Kokuhaku (Confessions) ini memang layak diacungin dua jempol sebagai sutradara film ini. Belum lagi visual yang ditampilkan dalam film ini benar-benar indah dipandang mata. Satu lagi yang saya suka adalah perubahan dari segi penampilan dari jaman ke jaman yang ditampilkan dengan sangat bagus.
 
Kesuksesan film ini tentu tak lepas dari skrip yang bagus dan jajaran pemainnya yang hebat. Banyak aktor-aktris terkenal Jepang yang main dalam film ini. Salah satunya Eita, yang kembali menunjukkan keeksisannya sebagai salah satu aktor Jepang yang pantas disanjung bukan hanya karena wajahnya yang tampan tapi juga karena aktingnya yang top. Walau pun di film ini Eita terlihat hanya sebagai "pemanis", tapi perannya cukup besar dan penting sebagai jembatan penghubung cerita tentang Matsuko.


Lalu ada Yusuke Iseya yang pertama kali saya kenal lewat perannya sebagai Morita dalam Hachimitsu to Clover. Penampilannya kali ini jauh lebih bagus ketimbang perannya sebagai Morita. Teruyuki Kagawa, walau perannya tak begitu besar, tapi tetap aktor gaek satu ini selalu total berakting dalam setiap film yang diperankannya. Begitu pun dengan Asuka Kurosawa yang perannya mampu mencuri perhatian dalam film ini sebagai JAV actress.


Dan tentunya sang aktris utama yang mampu menjadikan film ini gemilang adalah Miki Nakatani yang penampilannya juga memukau dalam dorama Jin. Bagaimana Miki benar-benar total memerankan karakter Matsuko yang terlihat ceria, sedih atau marah hanya lewat gesture atau mimik wajahnya. Tak salah dia diganjar banyak penghargaan lewat perannya sebagai Matsuko. Cantik dan jago akting, menjadi kombinasi yang pas untuk Miki Nakatani.


Jika berbicara secara jujur, saya akan menyatakan bahwa kisah Matsuko ini seperti ungkapan, "Muda menderita, tua mati sengsara".  Namun begitu kebahagiaan selalu diberikan Matsuko pada orang-orang di sekitarnya tanpa disadari. What a life! Mengutip salah satu ungkapan dalam film ini, “A life isn’t valued by what one receives. But by what one gives.” Memories of Matsuko adalah salah satu film Jepang terbaik yang penah dibuat.




January 01, 2013

Rurouni Kenshin (2012)


Rurouni Kenshin (2012)










Rurouni Kenshin (2012)
Rurôni Kenshin: Meiji kenkaku roman tan 
Action | Drama | History
Based on manga series "Rurouni Kenshin" written by Watsuki Nobuhiro
Director: Keishi Ohtomo
Release Date: August 25, 2012
Runtime: 134 min.
Language: Japanese
Country: Japan

watched 31 dec 2012


Kendati saya bukan fans berat Rurouni Kenshin a.k.a. Samurai X, tapi kehadiran live actionnya ini menjadi salah satu yang saya tunggu-tunggu sejak lama. Bukan apa-apa, saya hanya ingin bernostalgia sejenak mengenang salah satu tontonan saya sewaktu kecil dulu sembari melihatnya dalam karakter nyata. Karena bukan fans beratnya dan tidak mengikuti anime atau manganya, sejujurnya saya menonton film ini sebagai penonton awam saja. Mungkin karena dulunya saya menonton animenya ketika masih kecil, banyak hal-hal yang saya pertanyakan tentang ceritanya, kenapa begini kenapa begitu, tapi menonton filmnya ini sedikit banyak pertanyaan saya terjawab. Tapi, untuk penonton yang benar-benar awam alias sama sekali tidak tahu apapun tentang Rurouni Kenshin ini, mungkin akan kebingungan dengan alur cerita yang disajikan di filmnya ini.


Himura Kenshin yang dikenal sebagai Hitokiri Battosai, adalah seorang samurai yang terkenal dengan skill tingkat tingginya dalam membunuh. Namun, ketika revolusi terjadi dalam era Meiji, dia menghilang dan memutuskan untuk tidak membunuh lagi. Kenshin pun mengembara dan dalam pengembaraannya tersebut, dia bertemu dengan banyak orang yang menjadi teman atau pun musuhnya.


Takeru Sato yang sebelumnya saya kenal lewat perannya di Beck, kali ini membuktikan bahwa dia bisa bermain bagus sebagai Himura Kenshin. Terutama ketika dia mengatakan "oro", terlihat seperti melihat Kenshin dalam anime. Kekurangannya, dia terlihat terlalu cool sebagai Kenshin. Entah karena film ini dibuat dengan cerita yang serius, porsi Kenshin dengan mimik-mimik lucunya yang khas serasa dihilangkan.


Kebalikannya, Sanosuke Sagara yang diperankan oleh Munetaka Aoki malah mendapat porsi lawakan yang terlalu over, nyaris sepanjang film berlangsung. Bahkan ketika adu duel dengan musuh pun, sempat-sempatnya ada adegan "melawak" di tengah-tengah pertarungan. Untuk yang satu itu, sempat membuat saya tertawa juga, seolah-olah sedang menonton adegan yang ada di anime. Tapi sisanya, saya rasa karakter Sanosuke tidaklah harus melucu terus. Walau pun Aoki memerankan karakter Sanosuke dengan bagus, tapi sayangnya postur tubuhnya kurang tinggi. Satu lagi yang mengganjal di mata saya adalah pedang milik Sanosuke yang terlihat sangat fake.


Yang aktingnya jelas hebat adalah Teruyuki Kagawa sebagai Kanryu Takeda. Aktor yang satu ini memang selalu membuat saya puas melihat aktingnya yang selalu total. He's totally the villain! Tapi jika ingin mencari aktor yang benar-benar mirip Kanryu di anime atau manganya,  harusnya mencari aktor dengan wajah yang tirus dan panjang, sedangkan Kagawa memiliki bentuk wajah yang bulat.


Yang disayangkan adalah dua karakter wanita sentral, Kaoru dan Megumi yang menurut saya terlalu biasa. Pertama, Kaoru yang diperankan oleh Emi Takei sama sekali tidak mencerminkan sosok Kaoru yang independen dan kuat. Belum lagi akting Emi yang cukup suck di mata saya. Padahal Kaoru termasuk salah satu karakter favorit saya. Sedangkan Megumi, entah kenapa saya kecewa dengan akting Yu Aoi yang saya tahu dia bermain bagus di banyak film seperti All About Lily Chou-chou, Hana and Alice, Turtles Swim Faster Than Expected, Rainbow Song atau pun Hachimitsu to Clover. Harusnya dia bisa berakting lebih genit dan bitchy lagi sebagai Megumi. Belum lagi tata riasnya, yang.. uh.. so suck!, terutama alisnya. (Salahkan penata riasnya!). Padahal harusnya dia terlihat lebih cantik dibanding Kaoru, tapi ini malah sebaliknya.

Yah.. memang banyak kekurangan disana sini, mengingat durasinya hanya 2 jam. Dalam waktu segitu, jelas mustahil memasukkan semua cerita yang ada di manga atau animenya menjadi satu ke dalam live actionnya. Bahkan jika di buat sekuel atau trilogi sekali pun, tetap tidak akan mungkin bisa perfect. Karena hal itulah, fans berat Rurouni Kenshin banyak yang merasa kecewa (hal ini sama kasusnya seperti Death Note). Apalagi plot ceritanya cukup lambat dengan penyelesaian yang terlihat terburu-buru. Tapi walau pun begitu, masih banyak hal bagus yang ditampilkan dalam filmnya ini. Pertarungan duel antara antara Kenshin dengan Udo Jin-e cukup menghibur dengan gerakan-gerakan khas seorang Kenshin dalam melawan musuhnya. Selain itu, scoringnya juga sangat bagus, dimana beberapa karakter memiliki scoringnya sendiri seperti Kenshin atau Kanryu.  Ya, di balik semua kekurangan dan kelebihan yang ada, Rurouni Kenshin live action movie ini cukup bagus dan menghibur, bahkan membuat kita bernostalgia sejenak. Saya jadi ingin menonton animenya lagi gara-gara menonton live actionnya ini.

Translate

Waiting Lists

Sur mes lèvres.jpg Dark, brown-tinted and horror-themed image of a man in an asbestos-removal suit (to the right side of the poster), with an image of a chair (in the middle of the image) and an image of a large castle-like building at the top of the image. The text "Session 9" is emboldened in white text in the middle of the image, and near the bottom of the image is written, "Fear is a place." Lisbeth Salander with Mikael Blomkvist The Girl Who Played with Fire.jpg Page turner.jpg Le trou becker poster3.jpg Nightwatch-1994-poster.jpg Headhunter poster.jpg On the Job Philippine theatrical poster.jpg The Song of Sparrows, 2008 film.jpg The-vanishing-1988-poster.jpg Three Monkeys VideoCover.png