Kiki (Fuka Koshiba) seorang penyihir muda berusia 13 tahun, harus meninggalkan rumah selama setahun demi menjalani pelatihan untuk menjadi penyihir yang sesungguhnya. Kiki pun berkelana bersama kucingnya, Jiji untuk menemukan kehidupan baru. Perjalanannya berakhir di sebuah pesisir kota dimana dia diberi tempat tinggal oleh pasangan suami istri penjual roti yang baik hati, Osono (Machiko Ono) dan Fukuo (Hiroshi Yamamoto). Karena terbang adalah satu-satunya kekuatan sihir yang dia miliki, maka Kiki memutuskan untuk membuka layanan pengiriman melalui udara.
Kiki's Delivery Service. Sebagian dari anda pasti pernah mendengar judul tersebut atau pernah membaca novelnya atau juga pernah menonton animenya. Saya sendiri baru menonton animenya yang merupakan karya apik Hayao Miyazaki dari Studio Ghibli yang terkenal tersebut beberapa waktu lalu sebelum menonton live action movienya ini. Surprisingly, I was really enjoying it. Honestly, saya kurang bisa menikmati sajian anime-anime dari Ghibli sebenarnya, seperti Spirited Away atau Howl's Moving Castle, namun untuk Kiki's Delivery Service, saya menyukainya. Itulah mengapa saya ingin juga menonton live action movienya ini. Cuma pengen tahu aja sebenarnya, gimana, sih jadinya kalo anime terkenal Kiki Delivery Service dibuat ke dalam bentuk live action movie? Dan hasilnya adalah... bad! so bad! Alur ceritanya sama sekali beda, dengan modifikasi di sana-sini. No problem, sih sebenarnya tapi saya pribadi sedikit kecewa karena beberapa karakter favorit saya di anime tidak ditampilkan di live actionnya; salah satunya karakter Ursula.
Script film yang berdasarkan novel karangan Eiko Kadono yang diterbitkan tahun 1985 silam dengan judul yang sama ini memang berbeda dengan versi animenya. Script versi animenya memang dibuat sendiri oleh Hayao Miyazaki. Namun begitu, versi live actionnya ini masih terasa kental dengan racikan ala Miyazaki di beberapa scene. Okay, script yang berbeda tersebut harusnya menjadikan kesegaran baru untuk film ini, namun entah kenapa hal tersebut malah jadi gagal. Apalagi tak bisa dipungkiri bahwa sepanjang film berlangsung, saya terus bertanya-tanya "adegan yang ini (di anime), adegan yang itu mana, ya? Kok nggak ada?" Bagaimana pun juga, versi live actionnya ini pasti akan selalu dibandingkan dengan versi animenya yang fenomenal tersebut. Perubahan bukan hanya pada plot ceritanya saja tapi juga adanya penambahan dan pengurangan karakter dan perubahan setting. Berbicara soal settingnya, ini yang saya suka. Settingnya memang sedikit beda dengan versi animenya; lebih terkesan seperti di Jepang dari pada di Eropa, tapi itu tak masalah karena mungkin terbatas pada budget juga. Tapi adegan paling fenomenal seperti pesawat zeppelin di animenya terpaksa tidak ditampilkan di sini. Namun begitu, saya suka dengan gambaran beberapa tempat yang terlihat mirip dengan animenya, seperti area rumah Osono contohnya. Tapi hal yang paling fatal dan membuat live actionnya ini terkesan buruk adalah visual efeectnya yang sangat sangat buruk untuk kategori jaman sekarang. Everything looks fake. Yang paling parah tentu saja CGI pada bayi kuda nil. Ough!
Film ini semakin jelek lagi karena akting pemainnya juga, terutama Fuka Koshiba yang berperan sebagai Kiki. Koshiba terlihat belum sepenuhnya mengeksplore kemampuannya. Karakter Kiki di sini terlihat sangat tidak loveable seperti karakter di animenya. Jutek, kurang percaya diri, gampang ngambek dan mudah menyerah. I have no sympathy at all for the character. Selain itu Koshiba juga terlihat terlalu tua untuk peran Kiki yang berusia 13 tahun. Ryohei Hirota sedikit lebih baik memerankan karakter Tombo. Machiko Ono is just so so. I have no idea why her acting is not good as usual; flat. Seems like she fails to play Osono's role. Dan yang sangat mengganggu adalah adanya karakter Nazuru (diperankan oleh Hirofumi Arai), si penjaga kebun binatang yang annoying dan teriak-teriak melulu. Justru yang mencuri perhatian adalah kemunculan Tadanobu Asano sebagai cameo yang hanya sebentar tersebut.
Well, jika membandingkan live actionnya ini dengan animenya memang terlihat kurang fair ya?! Namun mau bagaimana lagi, suatu adaptasi apapun pastilah selalu akan dibanding-bandingkan. Dan jika anda mengharapkan sesuatu yang fantastis dari live actionnya ini seperti versi animenya, anda akan sangat kecewa seperti saya. Namun jika anda hanya ingin menikmati suatu tontonan yang bisa ditonton oleh seluruh keluarga, film ini bisa anda coba.
Title: Kiki's Delivery Service / Majo no Takkyubin | Genre: Fantasy | Based on Kiki's Delivery Service by Eiko Kadono | Director: Takashi Shimizu | Music by Taro Iwashiro | Cinematography Sohei Tanikawa | Release date: March 1, 2014 (Japan) | Running time: 108 minutes | Country: Japan | Language: Japanese | Cast: Fūka Koshiba, Ryōhei Hirota, Machiko Ono, Hiroshi Yamamoto, | IMDb
9 comments:
wtf ?
Q kok baru tau kalo ada live-action nya ??? hahahaha.
Q baru nonton anime movie-nya doank.
BTW, Radira asalnya dari mana sih ? Q iza dari tuban, yoroshiku!
Nggak terlalu ngetop, sih ya live actionnya dan bisa dibilang fail juga makanya nggak banyak yang tau.
Aku dari Medan. Yoroshiku!!
hahha, keliatan baget si Kiki wajahnya emg jutek.
yang bikin aku penasaran tentunya adalah bayi kuda nilnya, lucu kali ya. hahaha
Lucu? Ough!! Malah saya malas banget liat bayi kuda nil palsu tersebut. Aneh gitu..
lumayan lah live action ny :v walaupun masih ad kekurangan pda dimensi hewan ny yg penting cerita ny menarik ^^
Ebtah knp ttp menarik di mataku walo q penggemar Gibli..si Fuka jg g keliatan tua kok, dia msh cocok berperan sbg anak umuran SMP, n dia maniis ^^..tp q setuju utk CGI nya yg hmm *uknowwhatimean
After all, i like this LA
Ko ga pake pita merah :( itu kan ciri khas kiki bangeet huhuu
Ko ga pake pita merah :( itu kan ciri khas kiki bangeet huhuu
coba kalau yang main minami hanabe 😁
Post a Comment