Bluestockings (2005)
[Jiyû Ren'ai]
[Jiyû Ren'ai]
Movie: Bluestockings
Original Title: Jiyu ren'ai
Director: Masato Harada
Writer: Masato Harada, Shimako Iwai (novel)
Release Date: January 23, 2005
Runtime: 117 min.
Adegan di film ini dibuka dengan penampilan para gadis di sekolah khusus wanita pada Era Taisho (1912-1926) di Jepang yang sedang terlihat sibuk berfoto bersama untuk kenangan terakhir mereka di sekolah tersebut. Setelah mereka lulus, mereka akan menjadi "new woman", dimana mereka akan menjadi wanita yang mensupport diri mereka sendiri, dan jika mereka menikah, mereka menikah karena cinta dan bukan karena paksaan. Intinya, "new woman" adalah wanita yang harus merubah pandangan sosial yang salah tentang seorang wanita.
Cerita berlanjut dengan Akiko (Kyoko Hasegawa) yang menikah dengan pria kaya bernama Yuichiro (Etsushi Toyokawa). Kehidupan Akiko terlihat sempurna walau belum dikarunia anak. Suatu hari Akiko mendapat kabar bahwa salah satu teman sekolahnya di sekolah khusus wanita, Kiyoko (Yoshino Kimura) bercerai dan kesulitan ekonomi, dia berinisiatif membantu. Akiko menawarkan pekerjaan pada Kiyoko di tempat suaminya. Akiko bahkan meminjamkan kimononya untuk dipakai Kiyoko interview. Kiyoko dengan senang hati menerimanya. Tapi ternyata Yuichiro menaruh hati pada Kiyoko.
Berdasarkan novel karangan Shimako Iwai, Masato Harada menyutradarai film dengan durasi 117 menit ini. Bluestockings adalah pergerakan wanita di barat yang mencerminkan wanita yang berpendidikan dan berintelektual serta mandiri. Dengan setting di tahun 1912-1926, baik dalam penampilan, lokasi, dan cara hidup benar-benar ditampilkan dengan seperti tahun tersebut. Perubahan pada cara berpakaian para wanita di jaman tersebut juga ditampilkan dengan sangat baik, dimana mereka menjadi canggung untuk berpakaian ala barat atau kesusahan memakai sepatu bertumit. Ada scene dimana Akiko terlihat kesulitan berjalan dengan sepatu bertumit untuk pertama kalinya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia terlihat begitu anggun dan mempesona berjalan dengan sepatu bertumit tersebut hingga ditawari main film.
Pada masa itu, kedudukan wanita masih sulit, terutama jika wanita harus menyeimbangkan antara karir dan keluarga. Pengaruh barat terasa mendominasi kaum muda seperti pada cara berpakaian atau makanan, sedangkan kaum tua masih berpikiran kolot. Wanita yang idealis atau independen dianggap wanita yang tidak baik. Seperti pandangan orang-orang terhadap Kiyoko yang bercerai dan mamanya yang bunuh diri karena mencintai pria yang usianya lebih muda. Wanita seperti itu terkucilkan dari masyarakat. Namun, dengan pemikiran modern, Kiyoko berusaha menghilangkan pandangan sosial yang salah itu. Dia berubah menjadi wanita yang independen. Bahkan awalnya, Akiko menjadi iri sekaligus kagum padanya.
Untuk urusan akting, Etsushi
Toyokawa sukses menjadi sosok Yuichiro yang seorang pria baik-baik, terlihat sangat kuat diluar namun sebenarnya cukup rapuh. Dia bimbang antara memilih Akiko atau Kiyoko yang sama-sama dicintainya. Pilihan menjadi semakin sulit ketika Kiyoko akhirnya hamil. Tanggung jawab yang diembannya cukup besar dan membuatnya menjadi frustrasi. Sedangkan Yoshino Kimura tak kalah bagus berakting sebagai Kiyoko yang awalnya membuat kita bersimpati padanya, namun belakangan malah menjadi kebalikannya. Walau sebenarnya dia tidak bisa disalahkan atas apa yang terjadi. Keadaanlah yang membuatnya menjadi demikian. Kyoko Hasegawa juga tak mau kalah berakting dengan baik dari seorang wanita yang selalu bergantung pada orang lain menjadi wanita yang mandiri.
Teknik pengambilan gambar di film ini cukup bagus dengan mengambil angle-angle yang unik dan indah. kekurangannya hanya pada ending yang terlihat terburu-buru begitu saja diselesaikan tanpa memberikan klimaks yang lebih. Hasil yang sudah disuguhkan dengan bagus di awal, jadi terlihat sia-sia tanpa bekas. Jika saja konflik yang ada diselesaikan dengan sedikit penjabaran yang lebih, pastilah hasilnya jauh lebih bagus lagi.