Rumah Tanpa Jendela (2011)
Rara (Dwi Tasya), seorang gadis kecil berusia 8 tahun sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta. Rara tinggal bersama si Mbok (Ingrid Widjanarko), neneknya yang sakit-sakitan dan ayahnya Raga (Rafi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu. Dengan kondisi yang jauh dari kata baik, tentu saja untuk membeli sebuah jendela adalah hal yang sulit. Secara tidak sengaja, Rara berteman dengan Aldo (Emir Mahira) yang kehidupannya berbanding terbalik dengan Rara.
Setelah tahun 2009 memuaskan penonton dengan Emak Ingin Naik Haji, kali ini Aditya Gumay menggarap lagi film dengan tema anak-anak. Dengan disisipkannya beberapa scene menyanyi ala film musikal, film ini masih tanggung untuk dikatakan film musikal. Tidak konsisten, karena hanya ditampilkan di awal saja.
Berbicara soal akting, Emir Mahira yang berperan sebagai Aldo, patut diacungin jempol dengan aktingnya yang memukau memerankan sosok Aldo yang kurang sempurna. Bahkan buat yang tidak tahu, mungkin akan menganggap Emir benar-benar anak berkebutuhan khusus. Gesture dan gaya bicaranya pas sekali memerankan sosok anak berkebutuhan khusus itu. Sedangkan lawan mainnya, Dwi Tasya juga bagus sekali memerankan Rara yang polos, optimis, dan ceria.
Akting memukau lainnya ditampilkan oleh pemeran utama Emak Ingin Naik Haji, Aty Cancer Zein yang berperan sebagai nenek Aldo. Tak ketinggalan pemeran lain seperti keluarga Aldo pun mampu berperan baik sebagai ayah, ibu, kakak dan abang Aldo. Pemeran teman-teman Rara yang berasal dari Sanggar Ananda juga bagus memerankan para anak jalanan. Yang sedikit mengganggu dan tidak cocok adalah Raffi Ahmad yang walaupun berperan sebagai bapak Rara - lengkap dengan kumis dan jenggot - tetap kelihatan gaya anak mudanya dan tidak cocok sebagai orang miskin. Dan entah sengaja atau tidak, ada juga Yuni Shara yang berperan sebagai Bude Rara.
Secara keseluruhan, ceritanya cukup bagus walaupun masih banyak kekurangan disana-sini. Seperti scene ketika rumah Rara kebakaran, hanya sekedar asal lewat saja tanpa dieksekusi lebih. Ada juga scene yang sepertinya tidak penting dan terkesan maksa untuk dimasukkan, seperti menampilkan sekolah dasar Obama (entah apa maksudnya?). Memang, sih ada pesannya, tapi apa harus sekolah dasar Obama yang dipake? Yah, kalo diambil segi positifnya, sih supaya kita tetap berpikir positif dan terus bermimpi karena suatu hari nanti siapa tahu kita akan jadi orang hebat kayak Obama (?).
Terlepas dari semua kekurangan yang ada, film ini patut diacungin jempol karena hadir dari sineas negeri ini yang peduli akan film dalam negeri dengan cerita yang sederhana namun tetap bagus. Bravo!!